Algojo Hukuman Pancung Abdallah bin Said, Sering Lihat Ayahnya Lakukan Hal yang Sama

Hilmi
Algojo hukuman pancung di Kota Makkah, Arab Saudi ini bernama  Abdallah bin Said. Abdallah diangkat menjadi algojo sekitar 1 pekan setelah ayahnya meninggal dunia. (Foto/YouTube/MEMRITVVideos)

RIYADH,iNews.id - Algojo hukuman pancung di Kota Makkah, Arab Saudi ini bernama  Abdallah bin Said. Abdallah diangkat menjadi algojo sekitar 1 pekan setelah ayahnya meninggal dunia. Ayahnya, Said Al Bishi juga seorang algojo Arab Saudi. 

Dia langsung ditunjuk menggantikan ayahnya untuk menjadi algojo pada 1991.

Pada hari kerja pertamanya, dia langsung dihadapkan dengan terdakwa vonis pancung oleh pengadilan setempat.

Dia sangat disegani di bidang eksekusi para terpidana kejahatan di Arab Saudi yang divonis hukuman pancung.

Abdallah merupakan salah satu algojo yang terkenal di Arab Saudi. Abdallah adalah salah satu algojo yang ditempatkan di Kota Mekkah sesuai tugas yang diberikan Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi. Dia bertugas memancung para terpidana yang sudah divonis pengadilan.

Dia mendapat tugas memancung 3 orang. Sejak saat itu, dia menjadi terkenal sebagai algojo di Arab Saudi, selain karena mewarisi pekerjaan dari ayahnya.

Ketika Abdallah masih kecil, dia sudah sering melihat ayahnya melakukan eksekusi pancung. Dia sudah sering melihat hukuman pancung sejak kecil.

Dia juga pernah diajak ayahnya melihat temannya melakukan hukuman pancung sehingga membuatnya menjadi lebih hati-hati ke depannya, apalagi jika menyangkut masalah nyawa orang lain.

Hukum di Arab Saudi memang menerapkan hukuman pancung untuk kasus pembunuhan. Terpidana yang terbukti membunuh orang lain harus mendapatkan hukuman setimpal.

Hukum di Arab Saudi memang sangat menghargai nyawa manusia. Jika ada orang yang terbunuh oleh orang lain, maka si pembunuh akan diadili dan dihukum dengan 2 pilihan hukuman. Hal ini membuat banyak orang harus berpikir ribuan kali jika ingin membunuh orang lain.

Abdallah melakukan hukuman dengan sekali tebas. Dan terpidana mati tidak dibius dengan obat apapun.

Itu artinya, terpidana mati bisa merasakan sakitnya kepalanya ditebas walau hanya sepersekian detik karena lehernya pasti langsung putus ketika pedang algojo sudah menebasnya.

Hukuman pancung di Arab Saudi juga dilakukan di tempat umum. Hal ini bertujuan memberi pelajaran kepada masyarakat umum agar tidak bermain-main dengan nyawa orang lain. Hukuman itu membuat masyarakat Arab Saudi sangat berhati-hati jika berurusan dengan nyawa orang.

Abdallah juga mengakui pekerjaan sebagai algojo di Arab Saudi ini juga menurun ke anaknya. Anak pertamanya, Badr, juga sudah dilatih menjadi algojo di Arab Saudi. Badr kini ditempatkan di ibu kota Arab Saudi, Riyadh, sebagai algojo di kota Riyadh.

Kisah Abdallah sebagai algojo Arab Saudi ini memberikan pelajaran bahwa ada pekerjaan yang tidak semua orang bisa melakukannya, salah satunya adalah algojo ini.

Dan pekerjaan sebagai algojo di Arab Saudi juga menjadi pekerjaan yang jarang ada di dunia ini karena tidak sembarang orang bisa menjadi algojo di Arab Saudi seperti Abdallah.

Jika terpidana dimaafkan, maka terpidana harus membayar sejumlah uang pada keluarga korban yang memaafkan dan meminta ganti rugi.

Namun, jika tidak mendapat maaf dari keluarga korban, maka terpidana harus membayarnya dengan nyawanya dengan cara dipancung di depan publik.

Abdallah mengaku tidak merasa aneh ketika akan memancung terpidana mati. Dia tidak merasakan perbedaan terpidana mati baik laki-laki atau perempuan.

Dia hanya menjalankan tugas sesuai amanah dari pemerintah Arab Saudi yang diberikan kepadanya.

Abdallah mengaku sering memenggal kepala teman yang dia kenal dekat. Dia juga menegaskan tidak boleh merasa iba karena akan membuatnya gagal menjalankan tugas memenggal kepala terpidana mati.

Khusus Kota Mekkah sendiri, ada 6 algojo yang ditugaskan pemerintah Arab Saudi. Abdallah sendiri memulai tugas pertama sebagai algojo pada 1991. Pria kelahiran 1959 ini diangkat Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi di usianya yang ke-32 tahun.

Abdallah diangkat menjadi algojo sekitar 1 pekan setelah ayahnya meninggal dunia. Ayahnya, Said Al Bishi juga seorang algojo Arab Saudi. Dia langsung ditunjuk menggantikan ayahnya untuk menjadi algojo pada 1991.

Pada hari kerja pertamanya, dia langsung dihadapkan dengan terdakwa vonis pancung oleh pengadilan setempat.
 

Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network