Contoh Teks Khutbah Jumat tentang Bencana: Azab atau Ujian dari Allah?

Kastolani
Contoh teks khutbah Jumat tentang bencana apakah ujian atau azab. (Foto: Ist)

JAKARTA, iNews.id - Berikut contoh teks khutbah Jumat yang membahas tentang bencana yang melanda sejumlah daerah di Indoneisa. 

Di akhir tahun 2021, sejumlah wilayah di Indonesia dilanda bencana mulai erupsi Gunung Semeru di Lumajang hingga banjir bandang di Lombok Barat, NTB serta longsor di beberapa daerah lainnya.

Dalam perspektif Islam, bencana merupakan ujian dari Allah SWT bagi Muslim yang beriman. Jika tabah dan ikhlas dalam menerima musibah atau bencana maka derajatnya akan ditinggikan. 

Berikut teks Khutbah Jumat terbaru tentang bencana ujian atau azab ditulis Ustaz Nur Rohmad, Pemateri/Peneliti di Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dikutip dari dakwah NU:

اَلْحَمْدُ للهِ الْمَوْجُوْدِ أَزَلًا وَأَبَدًا بِلَا مَكَانٍ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ الْأَتَمَّانِ الْأَكْمَلَانِ، عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ، أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ.

أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْقَدِيْرِ الْقَائِلِ فِيْ مُحْكَمِ كِتَابِهِ: إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ (الزمر: 10)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Dari atas mimbar khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi, untuk senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan cara melaksanakan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari seluruh yang diharamkan. 

Kaum Muslimin rahimakumullah, Dalam kesempatan khutbah pada siang hari ini, khatib akan menyampaikan khutbah dengan tema: “Bencana: Ujian ataukah Azab?”.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, 

Serangkaian bencana di awal hingga akhir 2021 itu melanda sejumlah wilayah Indonesia mulai banjir bandang, longsor, hingga gunung meletus. 

Beragam bencana alam itu telah merenggut banyak korban jiwa maupun luka-luka. 

Sederet bencana yang menimpa rakyat Indonesia ini memunculkan sebuah pertanyaan: apakah bencana itu ujian ataukah azab yang Allah timpakan kepada bangsa Indonesia?

Hadirin rahimakumullah 

Bencana atau musibah adakalanya ujian dan adakalanya merupakan azab yang disegerakan di dunia. 

Dari mana kita mengetahui bahwa sebuah bencana dan musibah adalah ujian ataukah azab?. Apabila musibah itu ditimpakan kepada orang-orang shalih yang taat kepada Allah ta’ala, maka dia adalah ujian yang meninggikan derajat mereka dan melipatgandakan pahala mereka di akhirat. 

Musibah yang berupa ujian ini ditimpakan oleh Allah kepada orang-orang yang dikehendaki kebaikan pada dirinya, seperti para nabi, para wali, para ulama yang mengamalkan ilmunya dan orang-orang shalih lainnya. 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ)

Maknanya: “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan pada dirinya, maka Allah akan menimpakan musibah kepadanya” (HR al-Bukhari). 

Dari hadits ini dapat dipahami bahwa seseorang yang dikehendaki kebaikan dan derajat yang tinggi pada dirinya, maka Allah melindunginya dari musibah agama dan menimpakan berbagai musibah dunia pada dirinya, anaknya, hartanya atau orang yang dia cintai. 
Musibah agama adalah seperti meninggalkan shalat limat waktu, berjudi, berzina, mencuri dan lain sebagainya. Sedangkan musibah dunia sangat banyak bentuknya. Di antaranya kemiskinan, sakit, ditinggal mati orang yang dicintai, diperlakukan buruk orang lain dan lain sebagainya.

Semakin taat seseorang dan semakin banyak dia melakukan kebaikan, maka semakin besar dan berat ujian yang Allah timpakan kepadanya. Sebagaimana kita tahu, manusia yang paling taat adalah para nabi. 

Musibah yang menimpa mereka tentu lebih banyak dan lebih berat dibandingkan dengan manusia pada umumnya. Nabi Nuh diuji dengan anak dan istrinya yang tidak mau beriman. Beliau juga dicaci dan seringkali dipukuli sampai pingsan ketika menyampaikan dakwah kepada umatnya. 

Nabi Ibrahim diuji dengan dilemparkan ke api yang berkobar-kobar dan tidak dikarunia anak sampai usia lanjut. Nabi Zakariyya meninggal digergaji. Nabi Yahya kepalanya dipenggal. Banyak nabi di kalangan Bani Israil yang mati dibunuh sebagaimana disebutkan dalam surat al-Baqarah ayat 87 dan surat al ‘Imran ayat 181.

Nabi Ayyub diuji dengan sakit selama 18 tahun dan dimatikan seluruh anaknya dan dilenyapkan seluruh hartanya. Nabi Muhammad diuji dengan cacian dari kaumnya, dijatuhkan kotoran dan jeroan unta pada kepala dan badannya saat sujud, dilempari batu sampai berdarah, ditinggal mati oleh istri tercintanya, ditinggal mati oleh putranya saat masih bayi, meninggalkan kampung halaman yang sangat beliau cintai, mengalami demam tinggi dua kali lipat dari demam paling tinggi yang dialami manusia pada umumnya dan lain sebainya. 
Oleh karena itu semua, Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَشَدُّ النَّاسِ بَلَاءً الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ، يُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِيْنِهِ (رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَأَحْمَدُ وَغَيْرُهُمَا)

Maknanya: “Manusia yang paling berat musibahnya adalah para nabi, kemudian orang-orang yang di bawah derajat mereka, kemudian orang-orang yang di bawah derajat mereka. Seseorang diuji berdasarkan sekuat apa dia pegangteguh agamanya” (HR at-Tirmidzi, Ahmad dan lainnya) 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ، وَإِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ (رَوَاهُ التِّرْمِذِيّ)

Maknanya: “Sesungguhnya pahala yang besar didapatkan melalui musibah yang besar pula. Apabila Allah ta’ala mencintai suatu kaum, maka Allah akan menimpakan musibah kepada mereka. Barangsiapa yang ridla, maka Allah meridlainya. Dan barangsiapa yang tidak ridla, maka Allah murka kepadanya (HR at-Tirmidzi). 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, 

Sedangkan bencana dan musibah yang merupakan azab adalah yang ditimpakan kepada para pelaku dosa dan maksiat. 

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ (الشورى: 30)

Maknanya: “Dan musibah apa pun yang menimpa kalian adalah disebabkan oleh perbuatan dosa kalian sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahan kalian)” (QS asy-syura: 30) 

Imam at-Thabari menafsirkan ayat ini dengan mengatakan:

وَمَا يُصِيْبُكُمْ أَيُّهَا النَّاسُ مِنْ مُصِيْبَةٍ فِي الدُّنْيَا فِي أَنْفُسِكُمْ وَأَهْلِيْكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ (فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ) يَقُوْلُ: فَإِنَّمَا يُصِيْبُكُمْ ذلِكّ عُقُوْبَةً مِنَ اللهِ لَكُمْ بِمَا اجْتَرَمْتُمْ مِنَ الْآثَامِ فِيْمَا بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ رَبِّكُمْ وَيَعْفُوْ لَكُمْ رَبُّكُمْ عَنْ كَثِيْرٍ مِنْ إِجْرَامِكُمْ، فَلَا يُعَاقِبُكُمْ بِهَا.

“Bencana dan musibah yang menimpa kalian di dunia wahai manusia, pada diri, keluarga dan harta kalian tiada lain adalah azab dari Allah kepada kalian yang disebabkan dosa-dosa yang kalian lakukan kepada sesama kalian dan dosa yang kalian perbuat kepada Allah. Dan Allah mengampuni banyak dosa kalian yang lain sehingga tidak menurunkan azab (yang lain) kepada kalian.” 

Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 إِذَا أَرَادَ اللهُ بِعَبْدِهِ الخَيْرَ عَجَّلَ لَهُ العُقُوبَةَ فِي الدُّنْيَا، وَإِذَا أَرَادَ اللهُ بِعَبْدِهِ الشَّرَّ أَمْسَكَ عَنْهُ بِذَنْبِهِ حَتَّى يُوَافِيَ بِهِ يَوْمَ القِيَامَةِ (رَوَاهُ التِّرْمِذِيّ)

Maknanya: “Jika Allah menghendaki kebaikan pada hambanya, maka Allah menyegerakan baginya azab di dunia. Dan jika Allah menghendaki keburukan pada hambanya, maka Allah menahan azab kepadanya di dunia meski dia terus berbuat dosa sehingga azab itu akan ditimpakan kepadanya pada hari kiamat” (HR at-Tirmidzi) 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, 

Kemudian yang penting sekali untuk diperhatikan bahwa ada sebuah hadits yang berbunyi:

إِنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوْا الْمُنْكَرَ فَلَمْ يُغَيِّرُوهُ يُوشِكُ أَنْ يَعُمَّهُمُ اللهُ بِعِقَابٍ (رَوَاهُ ابْنُ حِبَّانَ)

Maknanya: “Sesungguhnya manusia apabila mengetahui kemungkaran lalu mereka tidak mau mengubahnya, maka hampir saja (tunggulah saatnya) Allah akan mengazab mereka seluruhnya” (HR Ibnu Hibban). 

Hadits ini memberikan pemahaman kepada kita bahwa jika di suatu daerah terdapat kemungkaran yang merajalela dilakukan, tapi tidak ada satu pun yang mengubahnya dengan amar makruf dan nahi mungkar, maka azab Allah akan menimpa mereka semua. 

Azab Allah tidak hanya dikenakan kepada mereka yang berbuat kemungkaran, tapi juga ditimpakan kepada orang-orang shalih yang enggan beramar makruf dan bernahi mungkar dengan mencegah kemungkaran tersebut.

Kemungkaran adalah seperti paham-paham yang menyimpang dari ajaran para ulama Ahlussunnah wal Jama’ah, zina, judi, meminum minuman keras dan lain sebagainya.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, 

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal: 

Pertama, bagi seorang Mukmin, musibah yang menimpanya, baik musibah itu ujian ataupun azab, adalah kebaikan baginya apabila dihadapi dengan sabar dan ridla. Jika berupa ujian, maka musibah itu akan meninggikan derajatnya dan melipatgandakan pahalanya di akhirat.  

Dan jika berupa azab, maka azab di dunia itu akan menggugurkan azab baginya di akhirat kelak. Dan hal itu lebih baik baginya. Karena azab di akhirat jauh lebih berat dan lebih pedih dibandingkan azab dunia. 

Kedua, sedangkan bagi orang kafir, bencana dan musibah apa pun yang menimpanya di dunia tidaklah bermanfaat sama sekali baginya di akhirat.

Ketiga, jika seseorang mulai berbuat taat dan mulai meninggalkan hal-hal yang diharamkan lalu ditimpa berbagai musibah, maka itu adalah ujian baginya. Apakah dia akan terus melanjutkan ketaatan ataukah dia kendor semangat lalu meninggalkan ketaatan itu. 

Keempat, jika seseorang ditimpa musibah dan bencana setelah dia berbuat maksiat dan dosa, maka yang semestinya dia lakukan adalah menyegerakan taubat dengan sungguh-sungguh dari semua dosa yang pernah dia lakukan. Baginda Nabi bersabda:

 التَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ كَمَنْ لَا ذَنْبَ لَهُ (رَوَاهُ ابْنُ مَاجَه وَالطَّبَرَانِيُّ وَغَيْرُهُمَا) 

Maknanya: “Seseorang yang bertaubat dari dosa seperti orang yang tidak punya dosa” (HR Ibnu Majah, ath-Thabarani dan lain-lain)

Kelima, kemungkaran jika sudah merajalela dan tidak ada satu pun yang berupaya mencegahnya, maka tunggulah saatnya Allah akan menurunkan azab kepada semuanya. Yang shalih maupun yang fasik, semuanya terkena azab. 

Hadirin jama’ah shalat Jum’at rahimakumullah, Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.

 بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

Editor : Aditya Nur Kahfi

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network