JAKARTA, iNewsBekasi.id - Fasilitas pengolahan limbah organik dengan teknologi Bio-Conversion yang memanfaatkan Lalat Tentara Hitam/Black Soldier Fly (BSF) atau Hermetia Illucens resmi dioperasikan di Rest Area Cibubur, Rabu (1/2).
Rest area yang terletak di Tol Jagorawi KM 10 ini adalah rest area pertama di Indonesia yang menerapkan fasilitas tersebut.
Fasilitas pengolahan limbah organik dengan teknologi Bio-Conversion yang memanfaatkan Lalat Tentara Hitam (BSF) ini dirancang menampung sekaligus mengatasi limbah organik di Rest Area Cibubur agar dapat bersih dalam sehari.
Peresmian fasilitas pengolahan limbah organik di Rest Area Cibubur yang dikelola PT Bimaruna Marga Jaya yang juga bagian usaha dari Korindo Group ini dilakukan Kementerian PUPR, Yayasan Korindo dan Yayasan Forest For Life Indonesia (FFLI).
Peresmian ini juga menjadi momentum penting memperkenalkan pendekatan teknologi Bio-Conversion BSF yang diharapkan dapat diadopsi guna mengatasi masalah pengelolaan sampah di rest area atau pun tempat-tempat lainnya.
“Sebagai salah satu bentuk tanggung jawab para pengelola rest area jalan tol, sudah sepantasnya memiliki fasiltas seperti ini. Jangan lagi memindahkan masalah sampah organik ke tempat lain. Jika dapat diselesaikan di tempat mengapa harus dibawa-bawa sampai ke hilir,” ucap Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Sekjen Kementerian PUPR, Mohammad Zainal Fatah
Hadir bersama Dirjen Cipta Karya Ir Diana Kusumastuti, MT dan Counsellor Kedutaan Besar Korea Selatan Lee Joonsan.
Fasilitas pengolahan limbah organik dengan teknologi Bio-Conversion yang dibangun berkat kerja sama Yayasan Korindo dengan Yayasan FFLI ini berkapasitas sampai dengan satu ton sampah organik setiap hari. Rest Area Cibubur dipilih sebagai lokasi pembangunan fasilitas Bio-Conversion BSF karena merupakan salah satu sumber limbah organik yang perlu diselesaikan permasalahannya langsung di tempat.
Cara yang sama juga dapat diterapkan di lokasi sumber-sumber limbah organik lainnya, seperti pasar tradisional, kawasan industri, perkantoran, dan perumahan.
“Selain bermanfaat bagi lingkungan, fasilitas ini diharapkan bisa menciptakan peluang ekonomi baru karena Yayasan Korindo akan mengembalikan keuntungan yang muncul dari proyek ini untuk program-program pengembangan masyarakat dan lingkungan,” ungkap Ketua Yayasan Korindo, Robert Seung.
Robert berharap, Bio-Conversion BSF di Rest Area Cibubur mampu mendulang sukses sebagaimana Bio-Conversion BSF dengan kapasitas empat ton per hari di Lombok yang telah dibangun melalui dukungan dana dari Yayasan Korindo pada 2017 lalu.
Pada proyek ini FFLI menjalin Kerjasama dengan Pemda Provinsi NTB memantau pengoperasiannya sampai saat ini.
Maka tak heran jika proyek ini dijadikan salah satu prototype penanganan sampah di Lombok. “Fasilitas-fasilitas ini tentunya tidak bisa berjalan dengan lancar tanpa adanya kolaborasi dari FFLI serta dukungan dari pemerintah setempat.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait