get app
inews
Aa Text
Read Next : Hadiri Milad Muhammadiyah ke-112 PDM Kota Bekasi, Amien Rais Singgung Soal Kekayaan Alam Indonesia

Ubah Sampah Kulit Telur Bernilai Ekonomi, Pengmas Vokasi UI Sasar Santri di TPST Bantar Gebang

Sabtu, 28 September 2024 | 18:31 WIB
header img
Vokasi UI melakukan pengabdian masyarakat di sekitar TPST Bantar Gebang, Kota Bekasi. Foto/Istimewa

BEKASI, iNewsBekasi.id- Bagi masyarakat yang berada di luar Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang, Kota Bekasi, pasti memandang bahwa sampah adalah jorok, bau, dan kotor. Tetapi bagi pemulung, TPA tersebut merupakan tempat mencari rezeki dan sumber penghidupan. 

Tak heran apabila mereka rela berhadapan dengan bau dan kotor dari tumpukan sampah organik dan anorganik. Besarnya TPST tersebut membuat warga lokal maupun luar kota, banyak berdatangan untuk menjadi pemulung di sana. 

Bagi anak-anak, kondisi ini tentu tidak baik. Oleh karena itu, saat ini dosen Program Produksi Media, Vokasi UI, yang diketuai Rahmi Setiawati dan tim dosen dari Bidang Administrasi Radityo Kusumo, Bidang Kesehatan Nur Fadillah Dewi, mahasiswa Produksi Media, bersama dengan Ahli Lingkungan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Heru Dwi, sedang melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat (pengmas) di TPST Bantar Gebang.

Mereka mendorong penguatan ekonomi melalui program pengelolaan sampah kulit telur bagi para santri di Pesantren Tunas Mulia, Bantar Gebang. Melalui program ini, juga diharapkan membangun kesadaran santri untuk berperan aktif peduli menjaga kelestarian lingkungan.
 
Rahmi mengatakan, tujuan kegiatan adalah untuk membangun kesadaran santri agar berperan aktif peduli menjaga kelestarian lingkungan. Lokasi pengmas sengaja menyasar Pesantren Tunas Mulia karena jaraknya cukup dekat dengan tempat pembuangan sampah. 

Selain itu, berada di sekitar lokasi permukimanan para pemulung, persis dekat dengan zona TPST yang berada di salah satu Kelurahan Sumur Batu. 

Menurut Rahmi, walaupun para santri sudah terbiasa hidup dengan melihat gundukan sampah dan bau untuk memenuhi kehidupannya sebagai pemulung, mereka tetap diharapkan mempunyai keterampilan.

"Tujuan kegiatan ini memadukan antara memanfaatkan sampah menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi hingga pemasaran, dan mengelola lingkungan memantau kualitas air yang merupakan sumber kehidupan, sehingga diharapkan adanya keseimbangan mengelolah sampah menjadi nilai ekonomi dengan tetap memperhatikan kesehatan serta menjaga lingkungan," ujar Rahmi dalam keterangannya, Sabtu (28/9/2024).

Dengan kegiatan ini, Rahmi optimistis akan terbangun sebuah sistem yang saling memberikan manfaat bagi masyarakat dan mengoptimalkan rantai nilai pengelolaan sampah dengan pemanfaatan teknologi dan peningkatan fasilitas pengolahan sampah yang dikelola secara professional.

"Integrasi atau kolabarasi pada level, mulai dari RT, RW, kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, hingga provinsi akan menciptakan sistem sirkulasi ekonomi yang memberikan manfaat dan Kesehatan lingkungan yang terbangun secara berkelanjutan," kata Rahmi.

Dewan Pengarah Pesantren Tunas Mulia Renaldi menyambut baik kegiatan ini. Menurut dia, yang terpenting adalah membangun pola pikir bahwa belajar sangat penting untuk meningkatkan kompetensi diri. Sebab, para santri selama ini ebih senang menjadi pemulung karena mendapatkan uang. 

Dalam kegiatan ini para santri diajari begaimana mengelola sampah kulit telur menjadi bernilai ekonomi, dengan merubah menjadi lukisan yang menarik. Tentu diperlukan juga ilmu memasarkan produk tersebut dengan kemasan yang menarik, sehingga membangun hulu ke hilir.

"Dalam kegiatan pemasaran, penciptaan nilai produk sangat penting, sehingga produk tersebut diterima di masyarakat," kata Radityo. 

Sementara Heru Dwi dan Nur Fadillah menyoroti tentang kualitas air maupun lingkungan yang terkena dampak dari adanya TPST Bantar Gebang.  Terdapat dua perubahan yang terjadi, yaitu perubahan pada alam dan perubahan pada masyarakat. 

Contoh perubahan yang terjadi pada alam adalah adanya pencemaran air di sekitar TPST. Hal ini akan membentuk lindi (leachate), suatu cairan yang terbentuk  ketika air hujan meresap melalui tumpukan sampah, membawa serta berbagai montaminan berbahaya seperti logam berat, senyawa oraganik dan pathogen. 

Lindi dapat meresap ke dalam tanah dan mencemari sumber air tanah serta permukaan. Untuk itu, kata Nur Fadillah, perlu memantau kualitas air tanah yang dapat dilakukan secara mandiri oleh warga (RT/RW, kelurahan, kecamatan), dan pemantauan oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) kabupaten/Kota maupun provinsi. 

TPST Bantar Gebang merupakan aset milik Pemprov DKI Jakarta dan satu-satunya TPST bagi seluruh sampah dari DKI Jakarta. Semakin meningkatnya volume sampah yang dibuang ke TPA tersebut, tentu akan memperpendek usia pemanfaatannya. 

Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2022 hasil input dari 202 kab/kota se-Indonesia,  jumlah timbunan sampah nasional mencapai angka 21.1 juta ton. 

Dari total produksi sampah nasional tersebut, 65.71% (13.9 juta ton) dapat terkelola, sedangkan sisanya 34,29% (7,2 juta ton) belum terkelola dengan baik. 

Untuk itu, diperlukan penerapan pengelolaan mempunyai nilai ekonomi bagi masyarakatnya, mulai dari hulu ke hilir. Sehingga siperlukan cara mengoptimalkan pengelolaan sampah dengan menerapkan prinsip dasar 3R, reduce, reuse dan reycle (3R).

Editor : Wahab Firmansyah

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut