get app
inews
Aa Text
Read Next : Konser 3 Kota, Maher Zain Banyak Beri Giveaway

5 Fakta Forestra 2025, Harga Tiket hingga Voice of Baceprot Kesulitan Baca Notasi

Kamis, 03 Juli 2025 | 11:46 WIB
header img
Forestra 2025 kembali menunjukkan komitmennya sebagai pertunjukan orkestra lintas genre terbesar di tengah hutan. Foto: Istimewa

BANDUNG, iNewsBekasi.id - Forestra 2025 kembali menunjukkan komitmennya sebagai pertunjukan orkestra lintas genre terbesar di tengah hutan. 

Ada banyak hal menarik dari perhelatan konser music tahun ini. Salah satunya, tentu saja kehadiran puluhan pemain orkestra Erwin Gutawa yang berkolaborasi dengan tata panggung ala Jay Subyakto.

Kurang dari dua bulan menuju hari pertunjukan, Forestra 2025 yang akan dihelat di tengah hutan pinus Orchid Forest Cikole, Lembang–Bandung pada 30 Agustus 2025 ini akan menghadirkan sejumlah suguhan baru yang dirancang untuk memperkaya pengalaman penonton. Apa saja? 

Fakta-fakta Forestra 2025

1. Kolaborasi Erwin Gutawa dan Jay Subyakto

Tahun ini, rangkaian istimewa yang disiapkan dimulai dari kolaborasi spesial bersama Erwin Gutawa Orchestra serta berbagai aktivasi baru di Area Gema, mulai dari sesi diskusi musik bersama Program Director Pestapora Kiki Ucup hingga pertunjukan bertajuk “Bio-plant Sonic” dari Bottlesmoker. 

Forestra selalu dirancang sebagai pengalaman kolektif yang menyatukan aransemen musik, pencahayaan, dan visual panggung dalam satu narasi utuh. Salah satu momen yang paling dinanti setiap tahunnya adalah kemunculan panggung Forestra hasil rancangan Jay Subyakto sebagai Creative Director.

Dengan kekayaan alam yang sudah hadir secara alami di area pertunjukan, pendekatan Jay dalam merancang panggung Forestra tidak pernah berusaha menutupi lanskap hutan—melainkan menonjolkannya. 

“Panggung Forestra justru dibentuk agar memberi ruang bagi alam untuk ikut ‘berbicara’. Saya tidak merancangnya untuk menguasai lanskap, tapi untuk berdialog dengan hutan. Cahaya, struktur, dan susunan visual diatur dalam harmoni, membiarkan elemen alam menjadi bagian dari pertunjukan itu sendiri, bukan sekadar latar,” ungkap Jay Subyakto.

Selain tata panggung yang khas, kekuatan Forestra juga terletak pada pendekatan musikal yang dikembangkan langsung oleh Erwin Gutawa sebagai Music Director.
“"Orkestra itu melibatkan kolosal, karena ada banyak orang, biasanya orkestra itu menambah nilai-nilai touchy, yang sedih makin sedih, yang semangat makin semangat, alat-alat orkestra kan juga terbuat dari alam seperti kayu, kulit dan lain sebagainya. Nah itu yang akan kita dukung bersama para penampil. 

"Ketika nanti The SIGIT atau Rekti muncul di panggung, dan ada bandnya yang akan membawakan lagunya, itu suasana alam akan menambah velue," kata Erwin Gutawa selaku Music Director Forestra 2025. 

2. Daftar Line Up Forestra 2025 

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, deretan penampil 2025 ini mencakup kolaborasi spesial Erwin Gutawa Orchestra bersama Reza Artamevia, Sal Priadi, Voice of Baceprot, The Sigit, Bernadya, Raja Kirik, Ensemble Tikoro, dan penampilan tunggal dari Iksan Skuter, The Panturas hingga Oom Leo Berkaraoke.

Salah satu momen yang paling dinanti adalah penampilan dari The SIGIT—band rock asal Bandung. Bagi Rekti Yoewono (vokalis dan gitaris), tampil di Forestra adalah kesempatan langka untuk menyatukan akar musik mereka dengan lanskap tempat mereka tumbuh. 

“Kami berasal dari Bandung, tapi jarang benar-benar punya ruang seperti ini—panggung di tengah hutan, di kota sendiri. Forestra memberi kami tantangan sekaligus pengalaman emosional, bagaimana membawa music yang biasanya kami mainkan di ruang gelap penuh distorsi, ke tempat yang sunyi dan hidup seperti ini. Rasanya seperti pulang, tapi dengan cara yang benar-benar baru,” tutur Rekti.

3. Forestra Donasi Masyarakat Pulau Pari

Forestra selalu dirancang sebagai ruang yang bukan hanya merayakan seni, juga mengajak pengunjung untuk terlibat dalam gerakan yang lebih besar. Tahun ini, komitmen itu kembali diwujudkan melalui kerja sama berkelanjutan dengan Greenpeace Indonesia. 

Sebagian hasil penjualan tiket akan dialokasikan untuk mendukung program pemberdayaan masyarakat yang terdampak krisis iklim di wilayah Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Kolaborasi ini diharapkan dapat mendukung kelompok perempuan yang terdampak dengan mengembangkan pertanian alternatif, termasuk potensi pemanfaatan energi terbarukan berupa sistem irigasi dari pompa air bertenaga surya.

4. Harga Tiket 

Forestra 2025 yang dipersembahkan ABM menyediakan akses lebih awal ke area pertunjukan melalui kategori tiket Awalan Hari. Tiket ini memberikan akses masuk lebih awal ke area pertunjukan, memungkinkan penonton menikmati suasana hutan sejak siang hari hari. 

Selama waktu ini, pengunjung dapat mengikuti berbagai aktivasi di Area Gema—mulai dari diskusi musik bersama Kiki Ucup (Program Director Pestapora), Boit dari Omuniuum (toko music independen), dan Microgram Entertainment (kolektif kreatif), hingga talkshow seputar isu lingkungan.
Adapun tiket Simfoni (Presale 3) tersedia dengan harga Rp685.000, sementara kategori tiket Awalan Hari (Early Entry) dapat diperoleh dengan harga Rp395.000 yang hanya tersedia melalui situs resmi.

5. Voice of Baceprot Kesulitan Baca Notasi 

Grup band metal, Voice of Baceprot atau VOB akan menjadi perhatian. Band yang sudah go international ini akan tampil untuk pertama kalinya di Forestra 2025. Namun, band yang dimotori wanita berhijab, Firdda Marsya Kurnia (vokal dan gitar), Widi Rahmawati (bassis), dan Euis Siti Aisyah (drum) ini mengaku mempunyai tantangan sendiri.

"Sebenarnya kita sudah pernah dua kali kolaborasi bareng om Erwin, tapi belum pernah kalau di tengah hutan, ini pertama kali," kata Marsya. 

Namun, Marsya mengaku jika dirinya dan dua sahabatnya itu sempat mengalami ketakutan setelah mendapat tawaran manggung di Forestra 2025.  Pasalnya, penampilannya akan menjadi kolaborasi spesial bersama grup Erwin Gutawa Orchestra dengan konsep dan aransemen berbeda. 

"Kemarin kita sempat ada ketakutan, jadi kita bertiga ngobrol 'gimana kalau nanti disuruh baca toge-togean (not balok)?' Partitur maksudnya," ucap Marsya lagi. 

Marsya dan kawan-kawan merasa musikalitasnya lahir secara otodidak sehingga tak terbiasa membaca not balok ketika manggung.

Editor : Tedy Ahmad

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut