Budaya Indonesia–Jepang bakal Bertemu di Film Where The Rainbow Ends?, Persahabatan yang Penuh Haru
JAKARTA, iNewsBekasi.id - Film Where The Rainbow Ends? memberi sisi berbeda dalam sebuah cerita drama, yakni membalut dengan budaya dari dua negara, Indonesia dan Jepang.
Film berdurasi sekira 100 menit ini menggambarkan bagaimana alam di Jepang dan Indonesia yang indah lewat kisah emosional dan persahabatan.
Bermula saat skenario Where The Rainbow Ends? rampung, KAN JIA Pictures dan Wownas yang berbasis di Jepang berkolaborasi untuk detail produksi. Hasilnya direkomendasikan lokasi syuting yang sesuai dengan cerita, di mana lokasi yang dipilih adalah Kota Shiga sebagai latar utama.
Kota Shiga diketahui memiliki alam yang indah. Demikian juga budayanya, serta menampilkan sisi autentik yang jarang tereksplorasi dalam industri pariwisata Jepang. Pemerintah Kota Shiga pun menyambut hangat pembuatan film Where The Rainbow Ends? yang dijadwalkan berlangsjng pada 19 Oktober 2025.
Cerita Where The Rainbow Ends? sendiri bermula dari Yuka (Elsa Japasal), remaja Jepang yang tumbuh besar di Indonesia bersama ibu angkatnya, Kaabun (Vonny Anggraini). Hidup Yuka mendadak runtuh setelah serangkaian peristiwa mengguncang dirinya, hingga emosi yang selama ini ia pendam di Jakarta akhirnya meledak tak terbendung.
Dalam kebingungan itu, Yuka hanya berpegang pada keyakinan dan petunjuk samar dari sebuah buku ilustrasi peninggalan orang tua kandungnya. Berbekal tekad, ia nekat berangkat ke Jepang untuk menelusuri jejak masa lalu dan mencari rumah yang diyakininya mampu menjadi jawaban sekaligus obat rindu yang selama ini ia simpan dalam diam.
Dalam perjalanannya, Yuka dipertemukan dengan tiga teman barunya, yaitu Hye Rin (Josevanie Allestra), gadis Indo-Korea yang ceria namun menyimpan beban keluarga; Arka (Bima Azriel), sahabat lama yang menghilang namun hadir kembali dengan kesetiaan yang tak lekang; serta Masato (Reon Kidera), mahasiswa kedokteran dan atlet baseball yang rasional namun menyimpan luka masa lalu yang tak pernah benar-benar sembuh.
Bersama mereka, Yuka menapaki petualangan di berbagai kota di Jepang, menelusuri jejak demi jejak dari buku ilustrasi peninggalan orang tuanya, dengan harapan menemukan rumah lamanya, tempat yang ia yakini bisa mengembalikan rasa hangat akan arti pulang.
Film ini, dalam penggarapan produksi syutingnya menggandeng dua sutradara sekaligus, yang terkenal dengan sentuhan khas masing-masing, dan justru menjadi kolaborasi yang unik dan dapat saling melengkapi. Hendy Sukarya, dengan sentuhan visual yang puitis, akan membuat setiap adegan di dalam film akan terasa lebih emosional dan dramatis.
Sementara, Mawan Kelana melakukan pendekatan realistisnya, menghadirkan narasi yang hangat untuk menjaga cerita tetap dekat dengan kehidupan nyata. Sinergi keduanya dipercaya melahirkan sebuah film perjalanan dan penuh petualangan yang tidak hanya indah dipandang, tetapi juga hangat dirasakan.
Di balik layar produksi, Julyana Tariani, selaku perwakilan dari Executive Producer KAN JIA Pictures, didampingi dua produser, Rizaldi Chaka dan Ony W. Pahlevi yang merangkap sebagai penulis cerita bersama Jocelyn Cordelia. Mereka akan menghadirkan karya perdan dengan energi dan cerita yang lebih segar.
Didukung dengan tampilan sederetan aktor muda dan bintang berbakat lintas generasi dan negara, serta sinematografi yang memukau, diharapkan film ini mampu membawa dan menghadirkan pengalaman sinematis yang memberikan jejak emosional di hati penonton, serta layak untuk ditunggu penayangannya di tahun depan.
Editor : Tedy Ahmad