AGTI Ungkap Fakta: Industri Tekstil RI Masih Bergantung pada Impor Bahan Baku
JAKARTA, iNews.id – Asosiasi Garmen dan Tekstil Indonesia (AGTI) menggelar pertemuan dengan jajaran Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk membahas sejumlah isu strategis dalam penguatan ekosistem industri tekstil nasional, mulai dari sektor hulu hingga hilir.
Ketua Umum AGTI, Anne Patricia Sutanto, mengatakan Bea dan Cukai menyambut baik berbagai masukan dari pelaku industri, terutama terkait kelancaran pasokan bahan baku bagi perusahaan tekstil dan garmen.
Menurut Anne, Bea dan Cukai memahami karakteristik kawasan berikat yang mayoritas ditempati perusahaan berorientasi ekspor dengan tingkat kepatuhan tinggi. Karena itu, diperlukan dukungan regulasi yang sederhana, adaptif, dan mendukung kelancaran operasional.
“Bea dan Cukai saat ini bergerak semakin progresif, transparan, terbuka, dan berbasis digital,” ujar Anne, Kamis (11/12/2025).
Ia menegaskan pentingnya peran Bea dan Cukai bersama kementerian terkait dalam menjamin ketersediaan bahan baku industri.
Kebijakan teknis seperti rekomendasi impor dan perizinan, kata Anne, harus disusun berdasarkan kapasitas produksi riil, bukan kapasitas terpasang, agar tidak memicu kelangkaan pasokan pada sektor padat karya seperti tekstil dan garmen.
Terkait kebutuhan bahan baku, Anne menyampaikan bahwa impor masih diperlukan untuk sejumlah komoditas yang belum bisa diproduksi di dalam negeri. Indonesia, misalnya, bukan negara penghasil kapas sehingga impor tidak dapat dihindari.
Hal serupa juga berlaku untuk bahan baku poliester. Selain isu bahan baku, AGTI juga menyoroti maraknya praktik thrifting yang dinilai berdampak pada industri domestik. Anne menekankan perlunya sinergi antarkementerian dalam menangani persoalan tersebut agar tidak terjadi tumpang tindih kebijakan, sekaligus tetap menjaga iklim impor yang sehat.
“Kami tidak menolak impor. Yang kami dorong adalah pemberdayaan produsen dalam negeri agar terus tumbuh, sembari tetap membuka ruang impor sesuai kebutuhan industri,” ujarnya.
AGTI berharap audiensi ini dapat memperkuat koordinasi lintas kementerian sehingga kebijakan yang dihasilkan tepat sasaran, berbasis data faktual, dan mampu meningkatkan kemandirian serta daya saing industri tekstil dan garmen nasional di pasar global.
Editor : Abdullah M Surjaya