JAKARTA, iNews.id - Mustafa Kemal Ataturk diwacanakan akan menjadi nama sebuah jalan di DKI Jakarta. Berbagai pihak menolaknya, termasuk Mejelis Ulama Indonesia. Siapa sebenarnya Mustafa Kemal Ataturk?
Wakil Ketua Umum MUI Anwar Abbas mengatakan, Mustafa Kemal Ataturk adalah seorang tokoh yang mengacak-acak ajaran Islam. Banyak sekali kerusakan yang telah dilakukan dan bertentangan dengan Alquran dan Sunah.
Mustafa Kemas Ataturk ingin mengubah Turki sebagai negara sekuler untuk menjauhkan rakyat dari ajaran agama islam. Mustafa Kemal Ataturk juga melarang nilai agama Islam dibawa-bawa ke dalam kehidupan publik.
"Jadi Mustafa Kemal Ataturk ini adalah seorang tokoh sekuler yang tidak percaya ajaran agama akan bisa menjadi solusi dan akan bisa membawa turki menjadi negara maju. Kalau dilihat dari fatwa MUI adalah orang yang pemikirannya sesat dan menyesatkan," jelasnya.
Oleh karena itu, lanjut dia, kalau Pemerintah Indonesia tetap mengabadikan namanya di salah satu jalan di Ibu Kota Jakarta, jelas akan melecehkan agama Islam.
"Bagaimana mungkin negara yang bernama Indonesia yang berdasarkan Pancasila, pada sila pertamanya adalah ketuhanan Yang Maha Esa, pemerintahnya akan menghormati seorang tokoh yang sangat sekuler dan melecehkan agama Islam," urainya.
Menurut dia jika pemerintah tetap akan mengabadikan namanya menjadi salah satu nama jalan di Ibu Kota Jakarta hal tersebut sangat menyakiti hati umat Islam.
"Itu jelas merupakan sebuah tindakan yang tidak baik dan tidak arif. Sebab, jelas-jelas akan menyakiti dan mengundang keresahan di kalangan umat Islam yang itu jelas tidak kita harapkan," jelas Anwar dalam keterangan tertulisnya, Minggu,(17/10/2021).
Dia menambahkan Mustafa Kemal Ataturk adalah seorang tokoh yang mengacak-acak ajaran Islam. Banyak sekali kerusakan yang telah dilakukan dan bertentangan dengan Alquran dan Sunah.
Mustafa Kemas Ataturk ingin mengubah Turki sebagai negara sekuler untuk menjauhkan rakyat dari ajaran agama islam. Mustafa Kemal Ataturk juga melarang nilai agama Islam dibawa-bawa ke dalam kehidupan publik.
"Jadi Mustafa Kemal Ataturk ini adalah seorang tokoh sekuler yang tidak percaya ajaran agama akan bisa menjadi solusi dan akan bisa membawa turki menjadi negara maju. Kalau dilihat dari fatwa MUI adalah orang yang pemikirannya sesat dan menyesatkan," jelasnya.
Oleh karena itu, lanjut dia, kalau Pemerintah Indonesia tetap mengabadikan namanya di salah satu jalan di Ibu Kota Jakarta, jelas akan melecehkan agama Islam. "Bagaimana mungkin negara yang bernama Indonesia yang berdasarkan Pancasila, pada sila pertamanya adalah ketuhanan Yang Maha Esa, pemerintahnya akan menghormati seorang tokoh yang sangat sekuler dan melecehkan agama Islam," urainya.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait