JAKARTA, iNewsBekasi.id - Ini adalah kisah alumni Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM) Granita Elsara atau Elsa yang menginspirasi. Di mana dia sukses membuka usaha toko kelontong dengan omzet ratusan juta per bulan di usia yang terbilang muda.
Elsa yang diwisuda pada 25 Agustus 2022 silam sudah merintis usaha toko kelontongnya sejak masih kuliah atau tepatnya sejak September 2017. Alasan dia membuka usaha toko kelontong karena ingin mestabilkan harga barang yang dijual di toko kelontong di daerahnya yang relatif mahal lantaran berlokasi di kawasan wisata Kaliurang, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
"Selain berada di tempat wisata, lokasi yang jauh dari kota menjadikan biaya distribusinya juga mahal. Akhirnya (saya) terpikir membuat usaha toko kelontong untung menstabilkan harga," kata dia, dikutip dari laman UGM, Minggu (4/9/2022).
Dia mengaku, awalnya tidak memiliki modal finansial sama sekali. Modalnya kala itu hanya kemauan untuk memulai usaha. Namun dengan kemauan tersebut, dia mendapatkan pinjaman sebesar Rp32 juta dari orang tuannya untuk belanja produk dan perlengkapan toko.
Elsa membuka toko kelontong yang dinamai sesuai nama ibunya, yakni Warung Bu Woro di garasi rumahnya di Kaliurang Barat, Hargobinangung, Pakem, Sleman. Menurutnya, minggu-minggu awal menjalankan usaha toko kelontong merupakan waktu yang sulit karena tidak sesuai ekspektasinya.
Meski pada awalnya para tetangga mendukung Elsa dengan membeli dagangannya, tapi itu hanya berlangsung 1-2 hari. Setelah itu, pendapatannya turun, sehingga membuatnya sedih.
"Sempat nangis karena ngerasa sudah tidak bisa memutar barang lagi, penjualan stagnan dengan omzet Rp300.000-400.000 per harinya. Bingung gimana cara balikin modal ke orang tua,” ujar perempuan 27 tahun itu.
Namun dia sadar dan segera bangkit. Elsa mencari solusi dari masalah yang dihadapinya. Dia mulai melakukan diversifikasi barang dan menambah jumlah barang per item, sehingga konsumen memiliki lebih banyak pilihan yang beragam. Dari hanya menjual barang kebutuhan pokok, Elsa menambah produk tersier.
Usahanya menunjukkan hasil yang signifikan saat masa liburan akhir tahun pada Desember 2017. Saat itu, kunjungan wisatawan di Kaliurang meningkat, sehingga memberi dampak positif pada omzet usaha toko kelontongnya.
Melihat potensi yang besar di kawasan Kaliurang, dia pun berusaha bekerja sama dengan pelaku industri wisata di sekitar kawasan tersebut, seperti hotel, rumah makan, dan toko. Untuk kerja sama tersebut, dia menambah modal, sehingga harus berutang kembali kepada orang tuanya. Namun, usahanya membuahkan hasil hingga dia untung besar dan berhasil melunasi utang-utangnya.
"Selesai masa liburan itu omzet naik per harinya dengan titik tertinggi Rp36 juta dan akhirnya Januari 2018 saya bisa melunasi semua pinjaman ke orang tua,” ucapnya.
Namun pada Mei 2018, erupsi Merapi memberi dampak kurang baik pada wisata di Kaliurang dan toko kelontongnya. Demi mempertahankan usahanya, Elsa mencari pasar lain dan menyuplai barang kebutuhan ke Pasar Pakem.
Ternyata hal itu membuat usahanya terus berkembang. Dia pun merekrut 4 karyawan untuk membantu operasional usahanya. Seiring waktu, usahanya makin bertumbuh hingga saat ini. Omzet yang dihasilkan sebesar Rp380 juta, dengan keuntungan bersih sekitar Rp10 juta hingga Rp12 juta setiap bulannya.
Editor : Eka Dian Syahputra
Artikel Terkait