JAKARTA, iNewsBekasi.id - Kenapa Allah tak menyukai suara keledai? Simak penjelasan lengkapnya.
Tertulis di kitab suci Alquran Surat Luqman Ayat 19 menjelaskan Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak ingin mendengar suara keledai.
وَاقْصِدْ فِيْ مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَۗ اِنَّ اَنْكَرَ الْاَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيْرِ ࣖ
"Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”
Lalu, kenapa Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak menyukai suara keledai? Berikut penjelasannya.
Dalam tafsir Ibnu Asyur – At-Tahrir wa at-Tanwir menilai suara keledai ketika meringkik seperti suara teriakan yang melengking.
وجملة إن أنكر الأصوات لصوت الحمير تعليل علل به الأمر بالغض من صوته باعتبارها متضمنة تشبيها بليغا ، أي لأن صوت الحمير أنكر الأصوات . ورفع الصوت في الكلام يشبه نهيق الحمير فله حظ من النكارة
"Kesimpulan bahwa suara yang paling mungkar adalah suara keledai merupakan alasan yang melatarbelakangi perintah untuk merendahkan suara. Karena berteriak sangat mirip dengan suara keledai. Artinya, mengingat suara keledai adalah suara yang paling buruk, dan teriak-teriak ketika berbicara mirip seperti ringkikan keledai, menunjukkan bahwa teriak-teriak termasuk kemunkaran." (At-Tahrir wa at-Tanwir, 21/111).
Namun ada pendapat lain alasan kenapa Allah Subahnahu wa Ta'ala tidak menyukai suara keledai, dikarenakan bisa melihat setan. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang guru besar Mesir, Dr Hisham Ahmad Taha, keledai masuk kategori hewan yang dapat melihat sinar inframerah.
Sinar ini terletak pada panjang gelombang 750 nanometer hingga 1 milimeter. Sedangkan setan yang telah dipelajari oleh para ilmuwan juga termasuk dalam kelompok gelombang infra merah. Pasalnya, bukan tidak mungkin jika keledai melihat setan menimbulkan suara meringkih.
Hal itu dikarenakan suara yang meringkik seperti suara teriakan yang melengking sangat mengganggu.
Adapun berbicara keras, tidak enak didengar, menyakitkan hati dan telinga sangat tidak disukai Allah Azza wa Jalla yang diibaratkan dengan suara keledai.
Editor : Eka Dian Syahputra
Artikel Terkait