“Papi tidak mau rumahnya dikawal-kawal dan ada pos jaga ‘monyet’ di depan pintu masuk rumahnya. Papi ingin rumahnya terbuka dan tidak menyeramkan buat masyarakat. Dan masih banyak lagi fasilitas lainnya yang Papi tolak,” kata Didit. Setelah diberhentikan sebagai Kapolri, Hoegeng pun tidak mau rumahnya dikawal. Didit mengungkapkan ayahnya pernah mendapat ancaman pembunuhan setelah beberapa tahun selesai diberhentikan sebagai Kapolri.
Kapolri yang saat itu dijabat oleh Anton Soedjarwo berinisiatif melakukan pengawalan terhadap Hoegeng. Namun, Hoegeng menolak. Karena ancaman itu disebutkan nyata dan sewaktu-waktu bisa terjadi, Polri pun memaksa. Akhirnya, Hoegeng pun mengizinkannya.
Akan tetapi, Hoegeng berpesan agar pengawalan yang dilakukan tidak mencolok dan membatasi kesehariannya dan keluarga. Tak lama setelah itu, tiba-tiba ada sebuah warung rokok di dekat rumah Hoegeng di Jalan Madura. Hoegeng pun mengeceknya.
“Saat datang ke depan warung, Papi malah diberi hormat. Ternyata, penjaga warung adalah intel-intel Polri yang memang diminta bertugas untuk menjaga Papi. Namun, Papi keberatan dan meminta mereka untuk pergi,” tutur Didit.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait