Refleksi HUT ke-24 Partai Demokrat: Berlatih Jadi Pemimpin

Kiswondari
Bendahara Umum DPP Partai Demokrat Irwan Fecho. Foto/Istimewa

JAKARTA, iNewsBekasi.id- Tepat pada 9 September 2025 yang jatuh hari ini, Partai Demokrat menginjak usia yang ke-24 tahun. Bukan sekedar perayaan, Bendahara Umum (Bendum) DPP Partai Demokrat Irwan (Fecho) pun turut menyampaikan hasil perenungannya terkait dengan kondisi pemimpin Indonesia hari ini.

Menurut Irwan, manusia adalah khalifatul fil ardh yang sering diartikan sebagai pemimpin di dunia, dan secara harfiah, arti kata khalifah bermakna luas, bisa berarti pewaris, penerus, penanggung jawab dan pengelola.

"Oleh karenanya, manusia menanggung beban besar untuk mengelola dan meneruskan warisan bumi dan seluruh sumber daya beserta makhluk-makhluk lain yang menopang hidupnya, dan memanfaatkan kekayaan alamnya untuk kesejahteraan dan kemajuan peradaban manusia, sebagai bentuk ketaan kepada Sang Pencipta," kata Irwan dalam keterangannya, Selasa (9/9/2025).

Doktor Ilmu Kehutanan ini melihat bahwa salah satu permasalahan global yang dihadapi manusia adalah perubahan iklim yang sebenarnya sangat anthropocentric (manusia pusat terpenting di alam semesta) dan ditambah keegoisan manusia. Pada akhirnya, dari sekian banyak alasan yang ada, tujuan pencegahan dan penanggulanan perubahan iklim, perlindungan alam, pelestarian keanekaragaman hayati dan ekosistemnya pun adalah untuk menjaga bumi agar tetap bisa dihuni oleh manusia, agar manusia tetap bisa berkembang biak dan bertumbuh.

"Ya! Tetap untuk kepentingan manusia, pada akhirnya!," tukasnya.  Namun demikian, kata dia, pandangan filosofis dan pendapat para pemikir, serta petuah orang-orang sholeh mengarahkan akal budi manusia untuk mencerna dan merenungkan fungsi dan perannya di muka bumi ini.

Bahwa manusia lebih sekedar makhluk yang ingin berkembang biak, dan hidup manusia adalah untuk menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri, orang terdekat, masyarakat dan bangsa, juga bagi kebaikan umat manusia di alam raya. Bahkan untuk menjadi khalifah – wakil Tuhan – di bumi. Maka tugas manusia sebagai pemimpin sangatlah berat. 

Kemudian, Irwan pun teringat sebuah buku berjudul “Krakatau, ketika dunia meledak 27 Agustus 1883” oleh Simon Winchester, yang belum lama ia baca. Kala itu dunia dihebohkan dengan suara dentuman raksasa, hujan abu menutupi sebagian besar permukaan bumi yang di wilayah tropis membuat cuaca lebih sejuk namun di belahan bumi utara menjadi penyebab anomali iklim, yang mana musim dingin lebih lama yang merusak tanaman pertanian. Hal ini membuat Eropa terancam bencana kelaparan.

Irwan menjelaskan bahwa pewartaan kala itu dibuat dengan sangat rinci, bahkan dahsyatnya suasana letusan gunung Krakatau digambarkan oleh teks-teks singkat telegraf yang dasarnya adalah laporan Residen Lampung dan Residen Banten di masa pemerintahan kolonial Belanda. Para perugas dan pejabat kala itu bekerja dengan dasar ilmu yang mumpuni.

"Yang hendak saya garis bawahi dari cuplikan kisah dalam buku tersebut adalah kemampuan para petugas dan pejabat pemerintahan kolonial dalam menguasai ilmu alam, ilmu ukur, ilmu pemerintahan, ilmu hukum, ilmu sosial, ilmu ekonomi hingga ilmu pertanian dan pengelolaan tanah, bahkan ilmu berkomunikasi secara tertulis," terang Irwan.

Pada era tersebut, sambung putra Kalimantan Timur ini, Pemerintah Kolonial Belanda menerapkan standar yang tinggi bagi para pejabatnya. Seorang pejabat yang menduduki posisi sebagai Residen haruslah orang dengan segudang pengalaman dan latar belakang pendidikan yang mumpuni. Tujuannya bukan semata agar pemerintahan Hindia Belanda lebih kokoh, namun juga memastikan bahwa program kolonialisme berjalan untuk kemajuan ekonomi negeri Belanda kala itu.

"Di sisi lain, eksplorasi sumber daya alam dan kekayaan keanekaragaman hayatinya juga terus digenjot. Meski, kita semua yakin, bahwa motif di balik semua studi dan penyelidikan (penelitian) pada masa itu ditujukan untuk menumpuk kekayaan finansial dan intelektual Kerajaan Belanda," tambahnya.

Oleh karena itu, Anggota DPR RI periode 2019-2024 ini berpandangan bahwa ada pembelajaran menarik dari cuplikan sejarah tersebut dengan konteks Indonesia saat ini. Isu kecakapan dan keahlian, kesiapan dan kelayakan para pemimpin dan calon pemimpin di Republik ini perlu mendapat perhatian serius. Perlu dipersiapkan sejak awal, dipupuk dengan cara dilatih oleh tugas dan assignment, diasah dengan masalah dan pemecahannya, dan dibimbing serta diajar oleh tangan berpengalaman.

Dan, sambung dia, salah satu unsur masyarakat di dalam kehidupan bernegara adalah partai politik. Bahwa parpol adalah rumah kelahiran para pemimpin eksekutif dan legislatif, para menteri dan kepala daerah. Dengan salah satu fungsi itu, maka parpol wajib membekali semua kadernya dengan pengetahuan dan pemahaman tentang pengelolaan negara, pemanfaatan dan pelestarian sumber daya alam, serta dasar ilmu pengetahuan pengalaman untuk mengelola dan menyejahterakan kehidupan bermasyarakat. 

"Terkait pemimpin dan kepemimpinan ini, seyogyanya setiap unit organisasi atau lembaga menjadikan proses pendidikan kepemimpinan sebagai ruh keberlanjutan organisasi, tidak terkecuali partai politik. Pengkaderan yang terstruktur, dan rekrutmen yang selektif dan rekam jejak dalam pencapaian dalam menyelesaikan permasalahan, harus menjadi bobot penilaian dalam menuju puncak piramida kempimpinan, di lembaga apapun, di manapun," sarannya.

Bahkan, Ia pun teringat Bung Hatta yang menggambarkan bahwa pemimpin haruslah siap menderita, yang artinya mau dan ikhlas berkorban dalam pengabdian, setia menghadapi kesulitan, dan berdiri di garda terdepan dalam memperjuangkan cita-cita. 

Pemimpin adalah orang yang ditempa, dilatih, dibimbing dan dibentuk oleh pemimpin sebelumnya. Dan untuk menjadi pemimpinya yang baik, harus bisa menjadi pengikut yang baik.

"Mari kita jadikan usia dewasa dan pengalaman sebagai sumber kebijaksaan dan usia muda serta kepolosan menjadi sumber kekuatan untuk bergerak, tidak mudah menyerah dan siap untuk berkarya membangun negeri dari ujung terjauh pelosok desa dan hutan hingga di tengah hiruk pikuk perkotaan dan metropolitan," imbaunya.

"Selamat Ulang Tahun Partai Demokrat ke-24, rumah besar yang akan terus melahirkan pemimpin dan calon pemimpin masa depan Republik Indonesia!," tutup pria yang akrab disapa Bang Haji Irwan itu.

Editor : Wahab Firmansyah

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network