Namun, Thomas juga mengungkapkan ada potensi perbedaan 1 Syawal 1443 H. Dia mengatakan Indonesia berada pada batas kriteria imkan rukyat, secara astronomi diprakirakan hilal sangat sulit dirukyat. Apalagi pada masa pancaroba saat ini, potensi mendung dan hujan mungkin terjadi di lokasi rukyat.
“Jadi ada potensi laporan rukyat menyatakan hilal tidak terlihat,” katanya.
Bila itu terjadi, kata Thomas, pengamal rukyat mungkin akan mengusulkan di sidang isbat untuk melakukan istikmal yaitu menggenapkan Ramadan menjadi 30 hari.
“Bila sidang isbat menerimanya, maka Idul fitri mungkin juga 3 Mei 2022. Kemungkinan lainnya, bila tetap berpegang pada istikmal, mungkin juga ada ikhbar (pengumuman) terpisah oleh ormas tertentu yang menetapkan idul fitri 3 Mei 2022,” katanya.
Dengan mempertimbangkan kemaslahatan umat, dia berharap Idul Fitri 1443 ditetapkan seragam pada 2 Mei 2022. Sebelumnya Muhammadiyah sudah membuat maklumat berdasarkan hisab dengan kriteria Wujudul Hilal, Idul Fitri jatuh pada 2 Mei 2022.
"Persis (Persatuan Islam) juga berdasarkan hisab, pada Surat Edarannya mengumumkan Idul Fitri 2 Mei 2022. Kita berharap sidang isbat dan Ikhbar PBNU juga akan menetapkan Idul Fitri pada 2 Mei 2022,” tutur Thomas.
Sidang Isbat 1 Mei 2022
Kementerian Agama (Kemenag) akan menggelar sidang isbat penetapan 1 Syawal 1443 H pada Minggu tanggal 1 Mei 2022 petang di Auditorium HM Rasjidi Kemenag, Jakarta. Sidang akan diawali dengan seminar pemaparan posisi hilal yang disampaikan Tim Unifikasi Kalender Hijriah Kemenag.
Editor : Eka Dian Syahputra
Artikel Terkait