JAKARTA, iNewsBekasi.id - Kisah bos Garuda Food yang pernah diejek ini dapat menjadi inspirasi banyak orang yang mengalami hal yang sama. Kendati demikian, Sudhamek Agoeng Waspodo Soenjoto pun membuktikan dirinya bisa sukses dan menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia.
Di balik kesuksesan saat ini, anak bungsu dari 11 bersaudara tersebut mengungkapkan pernah diejek atau di-bully. Bahkan, dia sudah kenyang diejek sejak kecil.
"Saya akui masa kecil bahkan remaja kenyang di-bully. Kecil di-bully sama kakak saya, dengan dikatakan saya bukan anak kandung. Katanya, saya ditemukan di jalan, di ikrak (pengki). Saya sedih," kata salah satu pendiri Garuda Food ini, seperti dikutip dari Channel YouTube Coach Yudi Chandra.
Di sekolah, dia juga mengalami bullying dari teman-temannya karena namanya yang unik. Ketika namanya dipanggil saat diabsensi guru, teman-teman kelasnya akan menertawainya. Tak cuma itu, dia juga disebut anak kampung karena berasal dari Rembang, sementara sekolahnya di Semarang. Bahkan, temannya pernah membuatnya ketakutan saat dibonceng motor.
"Mereka tahu saya dari kota kecil, naik sepeda motor itu mewah. Saya diboncengi teman saya, teman saya ngebut. Saya ketakutan luar biasa, duduk kaku. Ternyata teman-teman tertawa terbahak-bahak menertawakan saya," ujarnya.
Saat usia 16 tahun, dia juga pernah dikatai miskin oleh kakak salah satu temannya yang kaya raya. Hal itu membuat dia hampir berkelahi dengan kakak temannya tersebut.
"Saya pergi dengan teman sangat mampu. Sampai rumah, kakaknya berkacak pinggang dan tanya dari mana? Lalu sempet nyeletuk, 'Enggak usah pergi sama orang kere (miskin)'. Saya marah, hampir berantem tapi dipisah," tuturnya.
Hal itu dia cerita ke ibunda tercinta dan sang ibu merasa sangat terpukul sampai menangis. Kejadian tersebut, kata Sudhamek membuat luka batin.
Dia yang beranjak dewasa akhirnya melakukan perubahan saat duduk di bangku kuliah. Selepas mendapat gelar sarjana, dia bekerja di perusahaan orang lain. Padahal ayahnya memiliki perusahaan sendiri yang memproduksi biskuit.
"Dari TK sampai SMA saya nakal. Sekolah serius waktu mahasiswa sampai ambil 2 jurusan. Lulus kuliah saya bekerja di perusahaan lain karena tidak mau bebani ayah saya. Saya tidak menyadari keptusan itu tidak membuat ayah saya happy," ujar konglomerat dengan gelar sarjana ekonomi dan hukum dari Universitas Kristen Satya Wacana itu.
Tiga tahun bekerja di perusahaan orang, dia akhirnya memutuskan kembali dan membesarkan perusahaan keluarganya. Itu dilakukan setelah kakak-kakaknya bersedia memenuhi syarat yang diajukannya.
"Saya siap bantu tapi dengan satu kondisi, hubungan atasan dan bawahan, bukan kakak-adik karena kalau saya memimpin sebagai adik paling kecil enggak bisa jadi effective leader. Setela hampir 3 tahun, mereka baru katakan oke," tuturnya.
Dia bersama saudaranya pun membesarkan perusahaan keluarga, mengembangkan dari hanya kacang kulit, ke kacang atom dan produk lainnya. Pengalamannya di perusahaan besar sebelumnya menjadi bekal dia membesarkan Garuda Food.
Mengutip laman Garuda Food, sebelum membesarkan Garudafood, Sudhamek pernah menduduki sejumlah jabatan penting di berbagai perusahaan, antara lain Direktur Utama PT Trias Sentosa Tbk (1990-1991), Direktur Eksekutif Djuhar Group (1991-1994), dan Vice President PT Posnesia Stainless Steel Industry, sebuah perusahaan joint venture dengan Posco, Korea Selatan (1994-1997).
Setelah itu, pria kelahiran Rembang, 20 Maret 1956 ini menjadi Direktur Utama Garuda Food dan Presiden Direktur PT Tudung Putra Putri Jaya (TPPJ) hingga 2012. Selain itu, Sudhamek juga mendirikan PT Bina Niaga Multiusaha Steel pada 1997, produsen baja dengan spesifikasi khusus dan PT Dharma Agung Wijaya pada 2005, yang merupakan induk perusahaan yang bergerak di bidang kelapa sawit dan renewable energy.
Saat ini, Sudhamek menjabat sebagai Komisaris Utama Garudafood, Presiden Komisaris TPPJ, Komisaris Utama SNS, Komisaris Utama SGB, dan Presiden Komisaris BMT. Selain memiliki karier panjang sebagai pengusaha, dia juga berkarier di pemerintahan.
Saat ini, Sudhamek menjabat sebagai Komisaris Utama Garudafood, Presiden Komisaris TPPJ, Komisaris Utama SNS, Komisaris Utama SGB, dan Presiden Komisaris BMT. Selain memiliki karier panjang sebagai pengusaha, dia juga berkarier di pemerintahan.
Sudhamek menjadi anggota Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) periode 2014-2019 dan Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) untuk periode 2017-2022. Tahun lalu, dia diangkat Presiden Jokowi sebagai Sekretaris Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Sebagai salah satu pengusaha sukses di Indonesia, Sudhamek juga masuk dalam daftar 50 orang terkaya di Indonesia versi Forbes pada tahun lalu. Dia berada di peringkat 42, dengan kekayaan bersih diperkirakan sebesar 995 juta dolar AS atau sekitar Rp14 triliun.
Menurut Sudhamek, dia berada di posisi saat ini karena ejekan dan bully-an. Semua kejadian yang dialaminya membentuknya menjadi sosok yang kuat dan membuat dia termotivasi untuk sukses. Dia yang awalnya memiliki hambatan dalam hubungan sosial, berhasil melawan kelemahan tersebut.
"Saya bisa jadi seperti ini karena di-bully seperti itu. Saya tidak dendam sama mereka, justru saya harus berterima kasih kepada mereka dan kakak-kakak saya," ujar Sudhamek.
Itulah kisah sukses bos Garuda Food yang dulu diejek, namun kini berhasil menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia.
Editor : Eka Dian Syahputra