get app
inews
Aa Text
Read Next : Yuk Amalkan Doa Ini agar Jin Tak Bisa Melihat Aurat Kita, Lengkap Latin dan Artinya

Niscaya Dikabulkan, Ini Sepuluh Waktu Mustajab Berdoa

Selasa, 13 September 2022 | 07:00 WIB
header img
Ilustrasi Waktu Mustajab Berdoa. (Foto: Ist)

JAKARTA, iNewsBekasi.id - Terdapat sepuluh waktu mustajab berdoa bagi umat muslim. Ungkapan semua hajat di waktu-waktu ini, Allah Subhanahu wa ta'ala bakal mengabulkannya. Karena itu, sayang bila dilewatkan.

Kapan saja waktu mustajab berdoa itu? Berikut ini penjelasannya seperti dilansir dari Okezone:

1. Saat berbuka puasa

Dikutip dari Muslim.or.id, praktisi kesehatan sekaligus dai muda Ustadz dr Raehanul Bahraen M.Sc Sp.PK menerangkan secara umum doa orang berbuka puasa mustajab, akan tetapi waktu berbuka ada keutamaannya lagi. Doa orang selama berpuasa adalah mustajab sebagaimana hadis:

ٌََََََََََََََََََُُُُُُُُُُُِِِِِّّّْْْْْْ ‏

"Ada tiga doa yang tidak tertolak: (1) doa pemimpin yang adil, (2) doa orang yang berpuasa sampai ia berbuka, (3) doa orang yang terzalimi." (HR Tirmidzi nomor 3595, Ibnu Majah: 1752. Hadis ini dishahihkan oleh Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya nomor 2408 dan dihasankan oleh Ibnu Hajar)

Imam An-Nawawi menjelaskan:

َََََََََََُُُُُُِِِِِِِِِِِِِّّّّْْْْْْ

"Dianjurkan bagi orang yang berpuasa untuk berdoa sepanjang waktu puasanya (selama ia berpuasa) dengan doa-doa yang sangat penting bagi urusan akhirat dan dunianya, bagi dirinya, bagi orang yang dicintai dan untuk kaum muslimin." (Syarh Al-Muhaddzab An-Nawawi)

2. Waktu sahur

Dinukil dari Rumaysho.com, dai muda asal Yogyakarta Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal M.Sc menjelaskan bahwa waktu sahur atau waktu menjelang subuh atau 1/3 malam terakhir adalah saat mustajab berdoa. Sebab ketika itu Allah Azza wa Jalla turun ke langit dunia untuk mengabulkan doa-doa.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ

"Rabb kita tabaraka wa ta’ala turun ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Lantas Allah berfirman, "Siapa saja yang berdoa kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka Aku beri. Siapa yang meminta ampunan kepada-Ku, maka akan Aku ampuni." (HR Bukhari nomor 1145 dan Muslim: 758)

Ibnu Hajar menjelaskan hadis tersebut dengan berkata, "Doa dan istighfar di waktu sahur mudah dikabulkan." (Lihat kitab Fath Al-Bari, 3: 32)

Imam Nawawi berkata, "Pada waktu itu adalah waktu tersebarnya rahmat, banyak permintaan yang diberi dan dikabulkan, dan juga nikmat semakin sempurna kala itu." (Syarh Shahih Muslim, 6: 36) 

3. Hari Rabu antara Dzhuhur dan Ashar

Ulama besar Profesor Dr Umar Al-Muqbil hafizhahullah ditanya:

شيخنا الفاضل -حفظه الله تعالى ورعاه- ما مدى صحّة الحديث أدناهُ: من السنن المتروكة في هذه الأيام الدعاء بين الظهر والعصر يوم الأربعاء: عن ‏جابر بن عبد اللَّه رضي الله عنه،‏ ((أن النبي صلى الله عليه وسلم دعا في مسجد الفتح ثلاثاً: يوم الاثنين، ويوم الثلاثاء، ويوم الأربعاء، فاستجيب له يوم الأربعاء بين الصلاتين، فعرف البشر في وجهه)) قال جابر: ((فلم ينزل بي أمر مهم غليظ، إلا توخيت تلك الساعة، فأدعو فيها فأعرف الإجابة))رواه البخاري في(الأدب المفرد) وأحمد، والبزار وغيرهم، وحسنه الألباني في(صحيح الأدب المفرد:1/246) ح(704). والله يحفظكم ويرعاكم.

"Guru kami yang mulia –semoga Allah senantiasa menjaganya. Ada sunnah yang ditinggalkan di zaman ini yaitu doa pada hari Rabu antara Dzuhur dan 'Ashar. Dari Jabir bin ‘Abdillah, ia berkata, 'Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa di Masjid Al-Fath tiga kali, yaitu hari Senin, Selasa, dan Rabu. Dikabulkan doa yang beliau panjatkan di hari Rabu antara dua sholat (Dzhuhur dan 'Ashar, seperti dalam riwayat Ahmad dan Ibnu Sa'ad dari Jabir). Tampak kegembiraan di wajah beliau ketika itu.'

Jabir berkata, 'Tidaklah aku mendapatkan perkara berat melainkan aku memanjatkan doa pada waktu tersebut. Ternyata saat aku berdoa ketika itu, doa tersebut diijabahi (dikabulkan).' Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad, juga oleh Imam Ahmad, oleh Al-Bazzar dan selainnya. Syekh Al-Albani menghasankan hadis ini dalam Shahih Al-Adab Al-Mufrad, 1: 246, nomor 704. Wallahu yahfazhkum wa yar'aakum –semoga Allah menjaga dan memperhatikan engkau.

Dijawab oleh Syekh 'Umar Al-Muqbil:

هذا الحديث أخرجه الإمام أحمد في مسنده، والبخاري في الأدب المفرد من طريق كثير بن زيد، عن عبد الله بن عبد الرحمن بن كعب بن مالك، عن جابر بن عبد الله، وقد اختلف على كثير في تسمية شيخه: هل هو عبد الله بن عبد الرحمن بن كعب أم عبد الرحمن بن كعب؟

والظاهر أن هذا الاختلاف من قبل كثير؛ فقد قال عنه ابن حبان في (المجروحين:2/222): “كان كثير الخطأ على قلة روايته، لا يعجبنى الاحتجاج به إذا انفرد”.

ولم أقف لهذا الراوي على متابع؛ فمثله لا يحتج به إذا انفرد، كيف وقد ظهر من روايته أنه لم يضبط إسناده!!

فالأرجح عندي أن هذا الحديث لا يصح عن النبي – صلى الله عليه وسلم -.

Hadis ini dikeluarkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya, Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad dari jalur Katsir bin Zaid, dari 'Abdullah bin 'Abdurrahman bin Ka'ab bin Malik, dari Jabir bin 'Abdillah. Mengenai nama guru dari Katsir, ada beda pendapat, apakah gurunya bernama 'Abdullah bin 'Abdurrahman bin Ka'ab atau 'Abdurrahman bin Ka'ab.

Yang tepat, perselisihan terletak pada perawi sebelum Katsir. Ibnu Majah dalam Al-Majruhin (2: 222) menyatakan bahwa Katsir itu kebanyakan kelirunya karena sedikit riwayatnya. Aku tidak suka berhujjah dengannya ketika ia bersendirian.

Aku sendiri (Syekh Umar Al-Muqbil) belum mendapatkan penguat (mutabi’) untuk perawi ini. Semisal dia, tidaklah bisa dijadikan hujjah jika bersendirian. Dari periwayatannya, tampak tidak kuat sanadnya.

Menurut aku (Syekh Umar Al-Muqbil), hadis ini adalah hadits yang tidak shahih dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Tampak ada perbedaan pendapat di antara para ulama tentang keshahihan hadis doa yang terkabul di hari Rabu (antara Dzhuhur dan 'Ashar). Syekh Al-Albani menganggap hadis tentang hal itu hasan. Ulama lainnya seperti Syekh Umar Al-Muqbil menganggap hadisnya tidak shahih.

Silakan memilih mana pendapat yang lebih tenteram. Sebatas ilmu kami, hadis tersebut dha'if sehingga tidak menunjukkan keutamaan berdoa di hari Rabu antara Dzhuhur dan 'Ashar. Wallahu a'lam.

4. Lailatul Qadar

Ada doa yang pernah diajarkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam jikalau bertemu dengan malam lailatul qadar yaitu doa: Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni (Ya Allah, Engkau Maha Memberikan Maaf dan Engkau suka memberikan maaf —menghapus kesalahan– karenanya maafkanlah aku —hapuslah dosa-dosaku).

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَىُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ قُولِى اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى

Dari ‘Aisyah –radhiyallahu ‘anha, ia berkata, "Aku pernah bertanya pada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu jika saja ada suatu hari yang aku tahu bahwa malam tersebut adalah lailatul qadar, lantas apa doa yang mesti kuucapkan?" Jawab Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam, "Berdoalah: Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni (Ya Allah, Engkau Maha Memberikan Maaf dan Engkau suka memberikan maaf —menghapus kesalahan– karenanya maafkanlah aku —hapuslah dosa-dosaku)."

(HR Tirmidzi nomor 3513 dan Ibnu Majah: 3850. Abu 'Isa At-Tirmidzi mengatakan hadis ini hasan shahih. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan hadis ini shahih). Hadis ini dibawakan oleh Imam Tirmidzi dalam bab 'Keutamaan Meminta Maaf dan Ampunan pada Allah'. Hadis ini disebutkan pula oleh Ibnu Hajar dalam Bulughul Marom pada hadis nomor 706)

Hadits 'Aisyah tersebut juga menunjukkan bahwa doa di malam lailatul qadar adalah doa yang mustajab, sehingga dia bertanya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam mengenai doa apa yang mesti dipanjatkan pada malam tersebut. 

5. Ketika sujud dalam sholat

Dalam hadis sahih, Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam berkata:

وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ :(( فَأمَّا الرُّكُوعُ فَعَظِّمُوا فِيهِ الرَّبَّ – عَزَّ وَجَلَّ – ، وَأمَّا السُّجُودُ فَاجْتَهِدُوا فِي الدُّعَاءِ ، فَقَمِنٌ أَنْ يُسْتَجَابَ لَكُمْ )) . رَوَاهُ مُسْلِمٌ .

Dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Adapun ketika rukuk, maka agungkanlah Allah. Sedangkan ketika sujud, maka bersungguh-sungguhlah dalam berdoa, maka doa tersebut pasti dikabulkan untuk kalian." (HR Muslim nomor 479]

Beliau juga bersabda:

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : (( أَقْرَبُ مَا يَكُونُ العَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ ، فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ )) . رَوَاهُ مُسْلِمٌ .

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Keadaan seorang hamba paling dekat dengan Rabbnya adalah ketika ia sedang bersujud, maka perbanyaklah berdoa saat itu." (HR Muslim nomor 482)

6. Sebelum salam saat sholat

Dalam hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا تَشَهَّدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْ أَرْبَعٍ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَعَذَابِ الْقَبْرِ وَفِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ ثُمَّ يَدْعُو لِنَفْسِهِ بِمَا بَدَا لَهُ

"Jika salah seorang di antara kalian bertasyahud, maka mintalah perlindungan pada Allah dari empat perkara yaitu dari siksa Jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah hidup dan mati, dan dari kejelekan Al-Masih Ad-Dajjal, kemudian hendaklah ia berdoa untuk dirinya sendiri dengan doa apa saja yang ia inginkan." (HR An-Nasa'i nomor 1310. Syekh Al-Albani mengatakan hadis ini shahih)

7. Di hari Jumat

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan tentang hari Jumat, lantas beliau bersabda:

« فِيهِ سَاعَةٌ لاَ يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ ، وَهْوَ قَائِمٌ يُصَلِّى ، يَسْأَلُ اللَّهَ تَعَالَى شَيْئًا إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ » . وَأَشَارَ بِيَدِهِ يُقَلِّلُهَا

"Di hari Jumat terdapat suatu waktu yang tidaklah seorang hamba muslim yang ia berdiri melaksanakan sholat lantas ia memanjatkan suatu doa pada Allah bertepatan dengan waktu tersebut melainkan Allah akan memberi apa yang ia minta." Dan beliau berisyarat dengan tangannya akan sebentarnya waktu tersebut. (HR Bukhari nomor 935 dan Muslim: 852) 

8. Saat adzan berkumandang

Dalam hadis dari 'Abdullah bin 'Amr bin Al 'Ash, ia berkata mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا سَمِعْتُمُ الْمُؤَذِّنَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ ثُمَّ صَلُّوا عَلَىَّ فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَىَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا ثُمَّ سَلُوا اللَّهَ لِىَ الْوَسِيلَةَ فَإِنَّهَا مَنْزِلَةٌ فِى الْجَنَّةِ لاَ تَنْبَغِى إِلاَّ لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللَّهِ وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَنَا هُوَ فَمَنْ سَأَلَ لِىَ الْوَسِيلَةَ حَلَّتْ لَهُ الشَّفَاعَةُ

"Jika kalian mendengar muadzin, maka ucapkanlah seperti apa yang diucapkan oleh muadzin. Kemudian bersholawatlah untukku. Karena siapa yang bersholawat kepadaku sekali, maka Allah akan bersholawat padanya (memberi ampunan padanya) sebanyak sepuluh kali. Kemudian mintalah wasilah pada Allah untukku. Karena wasilah itu adalah tempat di surga yang hanya diperuntukkan bagi hamba Allah, aku berharap akulah yang mendapatkannya. Siapa yang meminta untukku wasilah seperti itu, dialah yang berhak mendapatkan syafaatku." (HR Muslim nomor 384)

9. Di antara adzan dan iqomah

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ الدُّعَاءَ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ فَادْعُوا

"Sesungguhnya doa yang tidak tertolak adalah doa antara adzan dan iqomah, maka berdoalah (kala itu)." (HR Ahmad, 3: 155. Syekh Syu'aib Al-Arnauth mengatakan sanad hadis ini shahih)

10. Saat hujan turun 

Ibnu Qudamah dalam Al Mughni mengatakan, "Dianjurkan untuk berdoa ketika turunnya hujan, sebagaimana diriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:

اُطْلُبُوا اسْتِجَابَةَ الدُّعَاءِ عِنْدَ ثَلَاثٍ : عِنْدَ الْتِقَاءِ الْجُيُوشِ ، وَإِقَامَةِ الصَّلَاةِ ، وَنُزُولِ الْغَيْثِ

"Carilah doa yang mustajab pada tiga keadaan: (1) Bertemunya dua pasukan, (2) Menjelang sholat dilaksanakan, dan (3) Saat hujan turun." (Dikeluarkan oleh Imam Syafi'i dalam Al Umm dan Al Baihaqi dalam Al Ma'rifah dari Makhul secara mursal. Syekh Al Albani mengatakan hadis ini shahih. Lihat Shohihul Jaami' nomor 1026)

Demikian penjelasan mengenai 10 waktu mustajab berdoa bagi kaum Muslimin. Semoga jelas dan bermanfaat. Wallahu a'lam bisshawab. 

Editor : Eka Dian Syahputra

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut