PONOROGO, iNewsBekasi.id - Inilah Mbah Ponirah, nenek berusia 90 tahun dari Ponorogo, Jawa Timur, yang hidup sebatang kara. Dia tinggal di rumah sisa kebakaran yang dipenuhi sampah.
Mirisnya, warga sekitar memanggil Ponirah dengan nenek sampah. Beliau sehari-hari tinggal di gubuknya daerah Desa Sumoroto, Kecamatan Kauman, Ponorogo.
Dia menjadi sebatang kara setelah ditinggal mati suaminya, Dul Mukram, puluhan tahun silam. Untuk makan pun, dia berharap belas kasihan dari warga sekitar. Jika tak ada yang memberi makan, diapun tak makan seharian.
Saat tim MNC Portal mengunjungi kediaman Mbah Ponirah, miris rasanya. Rumah itu dikelilingi sampah plastik. Mulai dari luar halaman, teras hingga di dalam rumah, banyak sampah plastik.
Belum lagi, sekumpulan lalat berterbangan di sekitar rumahnya. Bagian belakang rumahnya sudah habis gosong ludes terbakar. Rumah Mbah Ponirah tidak layak huni.
"Ponirah eleko jenenge kok dicatet (namanya jelek. Kok dicatat)," lanjutnya.
Ponirah menceritakan jika dirinya mempunyai 16 anak. Namun, semuanya pergi.
"Lungo, numpak motor mabur (pergi naik pesawat terbang)," kata dia.
Ketua RT setempat bernama Khoirul mengatakan, dari keterangan warga, dulunya Ponirah bekerja sebagai tukang pijat keliling. Lantaran usianya sudah sepuh maka dia tidak lagi memijat.
"Dia menjadi pengumpul plastik bekas, botol plastik kemudian dibawa ke rumah untuk dijual lagi," kata Khoirul.
Kondisinya semakin memburuk sejak kandang kambingnya terbakar. Akibat kejadian itu, kambing dan sapi peliharannya mati terbakar. Perabot dapur di rumahnya pun ludes terbakar.
Lantaran semakin tua, dia tak sanggup menjual plastik bekasnya. Alhasil, seluruh plastik yang dikumpulkan menumpuk di depan dan di dalam rumahnya.
Meski kondisinya memburuk dan menempati rumah yang tidak layak, warga sekitar tidak bisa berbuat banyak. Sebab saat sampah dibersihkan dan rumahnya hendak diperbaiki sang nenek menolak.
"Beliau menolak rumahnya diperbaiki," katanya.
Kini, lanjut Khoirul, warga hanya membatu untuk mencukupi kebutuhan makan sang nenek, warga juga terus membujuk agar sang nenek mau dibuatkan rumah yang layak huni.
Editor : Eka Dian Syahputra