Apa Itu Lie Detector dan Bagaimana Cara Kerjanya? Begini Penjelasan Singkatnya
JAKARTA, iNewsBekasi.id - Pernah mendengar tentang Lie Detector? Atau malah sering mendengar tentang alat itu. Akhir-akhir ini Lie Detector atau detektor kebohongan kembali digunakan dalam penyelidikan polisi dan terkadang seseorang yang melamar pekerjaan harus menjalani tes poligraf.
Konon cara kerja lie detector dapat mendeteksi respon tubuh ketika berusaha berbohong. Lantas, apa itu lie detector dan bagaimana cara kerjanya?
Lie detector adalah alat yang digunakan untuk mendeteksi potensi kebohongan seseorang dengan menggunakan alat mesin poligraf.
Pada dasarnya, poligraf adalah suatu gabungan dari alat kesehatan yang digunakan untuk memantau perubahan fisiologis seseorang ketika merespons pertanyaan terstruktur.
Poligraf memanfaatkan bagaimana detak jantung, laju pernapasan, tekanan darah dan keringat (pada jari-jari) sesorang yang mengalami perubahan dari tingkat normal. Jika ada perbedaan dan fluktuasi ini bisa mengindikasikan seseorang menipu.
Meski begitu, hasil dari pengujian bersifat terbuka untuk ditafsirkan lagi oleh pemeriksa. Biasanya tes poligraf digunakan pada tiga kondisi, yaitu investigasi spesifik peristiwa, misalnya seperti investigasi kejahatan, pemeriksaan karyawan, atau pemeriksaan pra-kerja.

Melansir Okezone.com, ketika seseorang melakukan tes poligraf, empat hingga enam sensor dipasang pada tubuh yang akan dideteksi kebohongannya. Sensor itu biasanya merekam:
Tidak hanya itu, poligraf juga akan merekam hal-hal seperti gerakan lengan dan kaki.
Ketika tes poligraf dimulai, si penanya mengajukan tiga atau empat pertanyaan sederhana untuk menetapkan norma bagi sinyal orang tersebut. Kemudian pertanyaan-pertanyaan nyata yang diuji oleh poligraf ditanyakan. Sepanjang pertanyaan, semua sinyal orang tersebut direkam pada kertas bergulir.
Baik selama dan setelah tes, pemeriksa poligraf dapat melihat grafik dan dapat melihat apakah tanda-tanda vital berubah secara signifikan pada salah satu pertanyaan.
Secara umum, perubahan yang signifikan (seperti detak jantung yang lebih cepat, tekanan darah yang lebih tinggi, peningkatan keringat) menunjukkan bahwa orang tersebut berbohong.
Ketika pemeriksa terlatih menggunakan poligraf, dia dapat mendeteksi kebohongan dengan akurasi tinggi.
Akan tetapi, karena interpretasi pemeriksa bersifat subjektif dan karena orang yang berbeda bereaksi berbeda terhadap kebohongan, tes poligraf tidak sempurna dan dapat dikelabui.
Editor : Aditya Nur Kahfi