Deretan Kota Terkaya di Indonesia, Ada Bekasi?

JAKARTA, iNewsBekasi.id - Kota terkaya di Indonesia banyak membuat nasyakat Indonesia dan pelajar bertanya-tanya.

Apakah Mimika di Papua yang menjadi tambang emas terbesar atau Jakarta sebagai pusat ekonomi Indonesia. Atau mungkin Bekasi atau Cikarang dengan UMR mereka yang terbesar di Indonesia.

Lalu, siapa saja kota terkaya di Indonesia? Tentunya yang kami sebutkan berdasarkan perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten dan Kota di Indonesia yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan telah mengikuti standar Sistem Neraca Nasional tahun 2008 yang dipublikasikan PBB.

Kota Terkaya di Indonesia

Melansir dari berbagai sumber. BPS menghitung tingkat kemakmuran suatu kota atau wilayah dengan melihat PDRB-nya. Cara menghitung PDRB per kapita adalah menjumlah pendapatan dibagi dengan total penduduk masing-masing daerah dalam kurun waktu satu tahun. Berdasarkan perhitungan PDRB oleh BPS, berikut adalah daftar kota terkaya di Indonesia:

1. Kediri

Berada di posisi puncak, Kediri merupakan kota di Jawa Timur. Di sana terdapat PT Gudang Garam Tbk yang telah berdiri sejak tahun 1958 di Kediri. Tidak heran kota ini menjadi kontributor Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar di Indonesia berkat adanya industri tembakau.

Selain itu, industri tembakau juga masuk kategori sektor unggulan dan menjadi alasan mengapa Kediri tercatat sebagai kota terkaya di tanah air.

2. Bontang

Kota terkaya di Indonesia selanjutnya adalah Bontang yang menduduki peringkat kedua. Terletak di provinsi Kalimantan Timur dan menjadi wilayah yang berorientasi pada perdagangan, industri, dan jasa. Jumlah PDRB per kapita kota Bontang mencapai Rp312,14 juta dan menjadikannya kota terkaya setelah Kediri.

3. Jakarta

Meski menjadi pusat ekonomi Indonesia, nyatanya Jakarta bukan sebagai posisi puncak kota terkaya di Indonesia. Berdasarkan lampiran data dari BPS, jumlah PDRB per kapita kota Jakarta sebesar Rp260,44 juta.

 4. Cilegon

Selanjutnya, Cilegon yang terletak di provinsi Banten menempati posisi keempat sebagai kota terkaya di Indonesia. Jumlah PDRB per kapita kota Cilegon mencapai Rp233,02 juta. Industri yang beragam menjadi sumbangsih besar kota ini menjadi salah satu kota terkaya di Indonesia.

5. Surabaya

Ibu kota Provinsi Jawa Timur ini menjadi rangking selanjutnya sebagai kota termakmur di Indonesia. BPS mencatatkan PDRB per kapita sejumlah Rp190,89 juta dan menjadikan Surabaya menduduki posisi lima.

6. Balikpapan

Selain Bontang, Kalimantan juga diwakili Balikpapan. Berdasarkan data dari BPS, PDRB per kapita Balikpapan mencapai jumlah Rp155,97 juta.

7. Tarakan

Masih pada provinsi Kalimantan, peringkat selanjutnya juga ditempati oleh Tarakan. Kota dari Kalimantan Utara ini memiliki jumlah PDRB per kapita yang mencapai angka Rp136 juta.

8. Dumai

Berada di provinsi Riau dan terkenal dengan perusahaan-perusahaan besar, seperti: Chevron, Asian Agri, Sinarmas Group, Wilmar Group, hingga kilang minyak Pertamina. Menjadikan kota ini sebagai salah satu terkaya di Indonesia dengan PDRB per kapita sebesar Rp115,61 juta.

9. Makassar

Dari timur Indonesia, Makassar dikenal sebagai kota terkaya di Indonesia selanjutnya. Kota di provinsi Sulawesi Selatan mencatatkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dengan jumlah PDRB per kapita kota Makassar menyentuh angka Rp115,39 juta.

10. Batam

Terakhir, kota terkaya di Indonesia yang menduduki peringkat sepuluh dipegang oleh kota Batam, yakni kota terbesar di Provinsi Kepulauan Riau dengan PDRB per kapita Rp113,48 juta. Perekonomian kota Batam didukung dengan adanya berbagai industri, seperti: industri elektronik, furniture, kimia, kulit, logam, dan lain-lain.

Itulah penjelasan dan rincian 10 kota terkaya di Indonesia berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik dengan menentukan perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita di setiap wilayah, baik kota maupun kabupaten. Semoga informasi ini berguna bagi Anda dan menambah wawasan Anda.

Artikel ini telah terbit di IDX Channel dengan judul "10 Kota Terkaya di Indonesia, Jakarta Bukan yang Pertama".

Editor : Eka Dian Syahputra