JAKARTA, iNewsBekasi.id - Nanti malam akan dimulai itikaf malam pertama atau hari ke-21 puasa Ramadhan 1444 H.
Itikaf disyaratkan dilakukan di dalam masjid selama 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Lantas bagaimana kalau itikaf bukan di dalam masjid?
Sebab bisa saja seseorang mendapatkan udzur semisal harus bekerja menjadi perawat rumah sakit, petugas keamanan.
Sebagian kaum muslimin mungkin bertanya-tanya, apakah ia bisa mendapatkan malam lailatul qadar sedangkan dia tidak itikaf di masjid.
"Bisa juga orang tersebut memang sedang butuh dengan safar di jalan atau wanita yang sedang haid atau para istri yang sibuk mengurus anak dan bayi di rumah," ujar Ustaz Raehanul Bahraen.
Jawabannya adalah mereka bisa mendapatkan malam lailtul qadar, karena itikaf di masjid bukanlah syarat untuk mendapatkan malam lailatul qadar dengan keutamaannya. Lailatul qadar terkait dengan waktu, bukan dengan tempat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ
“Pada bulan Ramadhan terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Siapa yang tidak mendapati malam tersebut, maka ia akan diharamkan mendapatkan kebaikan.” (HR. An-Nasai no. 2106, shahih)
Mereka yang tidak itikaf seperti musafir, wanita nifas dan haid serta orang yang udzur, bisa mendapatkan malam lailatul qadar jika mereka mengisi dengan beribadah kepada Allah dengan ikhlas pada malam tersebut.
Juwaibir berkata kepada Ad-Dhahaak,
أرأيت النفساء و الحائض و المسافر و النائم لهم في ليلة القدر نصيب ؟ قال : نعم كل من تقبل الله عمله سيعطيه نصيبه من ليلة القدر
“Bagaimana pendapatmu mengenai wanita yang nifas dan haid, musafir dan orang yang tidur, apakah mereka bisa mendapatkan malam lailatul qadar?”
Ad-Dhahaak menjawab: “Iya, semua orang yang Allah terima amal mereka akan mendapatkan bagian lailatul qadar.” (Al-Lathaif Al-Ma’arif hal. 341)
Semoag kita termasuk orang yang bisa mendapatkan keberuntungan dengan malam lailatul qadar dan mengisinya dengan ibadah yang diterima oleh Allah dan diampuni dosa-dosa kita.
Editor : Vitrianda Hilba Siregar