Di kediamannya, Moerdani tinggal bersama istri dan anak tunggalnya, serta seorang perawat. Mereka selalu mendampingi dan merawat sang jenderal tua setiap harinya karena kondisinya yang membuat Benny tidak bisa berkomunikasi dengan jelas.
Keluarga menggunakan lonceng khusus yang disediakan untuk Benny jika ia membutuhkan sesuatu.
Ketika usianya telah lanjut, Benny Moerdani juga terpaksa menggunakan kursi roda karena tubuhnya yang semakin lemah.
Meskipun sudah sakit dan diketahui menderita penyakit bronkitis dan stroke, perilaku Benny tidak berubah. Dia tidak dapat berhenti merokok. Suatu kali, terjadi kejadian di mana puntung rokoknya tiba-tiba jatuh ke kaosnya dalam keadaan masih menyala. Akibatnya, Benny berteriak dan menahan rasa sakit sejenak.
Di akhir hidupnya, prajurit Kopassus itu akhirnya bertemu kembali dengan Soeharto, dengan siapa hubungannya sebelumnya tidak harmonis. Pertemuan antara kedua jenderal tua itu penuh dengan perasaan haru.
Editor : Vitrianda Hilba Siregar