TATA cara talqin kalimat tauhid di telinga orang sekarat rupanya banyak dicari publik. Tujuannya supaya tak melakukan kesalahan ketika suatu waktu membacakannya.
Dikutip dari Muslim.or.id, Kamis (27/1/2022), Ustadz Abu Qushaiy Zaenuddin menjelaskan talqin adalah menuntun seseorang yang akan meninggal dunia untuk mengucapkan kalimat syahadat "Laa Ilaaha Illa Allah". Mentalqin seseorang yang akan meninggal dunia disunahkan bagi orang yang ada di sisi orang yang akan meninggal dunia, sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassallam:
لقنوا موتا كم لا إله إلا الله
"Tuntunlah seseorang yang akan meninggal dunia untuk mengucapkan kalimat: 'Laa ilaaha illa Allah'." (HR Muslim Nomor 916)
Dalam riwayat lain dijelaskan:
من كان آخر كلامه لا إله إلا الله دخل الجنة
"Barang siapa yang ucapan terakhirnya adalah 'Laa ilaaha illa Allah' maka akan masuk surga." (HR Abu Dawud dan disahihkan oleh Syekh Al Albaniy dalam Irwa’ul Ghalil Nomor 679, Maktabah Syamilah)
Faedah Talqin
Imam Al Qurthubiy berkata: "Para ulama kami mengatakan bahwasanya mentalqin orang yang akan meninggal dunia merupakan sunah dari para pendahulu umat ini, yang kemudian diamalkan oleh kaum Muslimin hingga saat ini. Tujuannya adalah agar akhir ucapan yang keluar dari orang yang akan meninggal dunia adalah 'Laa ilaaha illa Allah'. Sehingga dia menjadi orang yang berbahagia karena termasuk dalam golongan orang yang dikatakan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam:
من كان آخر كلامه لا إله إلا الله دخل الجنة
"Barang siapa yang ucapan terakhirnya adalah 'Laa ilaaha illa Allah' maka akan masuk surga." (HR. Abu Dawud dan dishahihkan oleh syaikh Al-Albaniy dalam Irwa’ul Ghalil, no. 679, Maktabah Syamilah)
Selain itu untuk mengingatkan orang yang akan meninggal dunia terhadap sesuatu yang dapat menolak gangguan setan karena setan akan mendatangi orang yang akan meninggal dunia dalam rangka untuk merusak akidahnya." (Tadzkirah fi ahwalil mautaa wa umuril akhirah: 30, Imam Al Qurthubiy, cet:Daarul ‘Aqidah)
Batasan Talqin
Mentalqin orang yang akan meninggal dunia cukup sekali saja, tidak perlu diulang-ulang, kecuali apabila setelah ditalqin dia mengucapkan kalimat yang lain maka hendaknya diulang sekali lagi agar akhir ucapannya adalah kalimat syahadat.
Imam Al Qurthubiy berkata, "Apabila seorang yang akan meninggal dunia telah membaca ‘Laa Iaaha Illa Allah’ satu kali maka tidak perlu diulang lagi."
Ibnu Al Mubarak mengatakan, "Talqinlah orang yang akan meninggal dunia dengan kalimat ‘Laa Ilaaha Illa Allah’ dan jika telah mengucapakannya maka jangan diulangi lagi." (Tadzkirah fi ahwalil mautaa wa umuril akhirah: 30, Imam Al Qurthubiy, cet:Daarul ‘Aqidah)
Ulasan Tidak Disyariatkan Mengulang-ulang Talqin
Imam Al Qurthubiy menjelaskan, "Telah mengatakan Abu Muhammad Abdul al Haq, hal tersebut adalah dikarenakan jika orang yang akan meninggal dunia ditalqin secara berulang-ulang ditakutkan ia merasa terusik dan bosan sehingga setan akan membuatnya berat mengucapkan ‘Laa Ilaaha Illa Allah‘ dan kemudian akan menjadi sebab jeleknya akhir hayatnya."
Al Hasan bin Isa mengatakan, "Ibnu Al Mubarak telah berkata kepadaku: Talqinlah dengan kalimat syahadat dan janganlah kamu mengulangnya kecuali jika ia mengucapkan kalimat yang lain. Tujuan talqin adalah agar seseorang meninggal dunia sedangkan di hatinya tidaklah ada kecuali Allah, karena pusara hal ini adalah hati. Amalan hati yang akan dilihat dan amalan hati yang merupakan sebab keselamatan. Adapun amalan lisan yang bukan merupakan terjemah apa yang ada di dalam hati maka tidaklah berfaedah."
Diriwayatkan dari Abdullah bin Syubrumah ia mengatakan, "Aku bersama Amir bin asy Sya’biy mendatangi seorang laki-laki yang sakit dan kami menjumpainya akan meninggal dunia dan seorang laki-laki mentalqinkan kalimat syahadat kepadanya. Laki-laki yang mentalqin tadi mengatakan, ucapkanlah ‘laa ilaaha illa Allah‘ dan terus-menerus mengulanginya. Melihat hal itu maka asy Sya’biy mengatakan: 'Bersikap lembutlah kepada saudaramu.' Orang yang sakit tadi lantas berbicara: 'Baik engkau mentalqinkanku atau tidak, aku tidaklah akan meninggalkannya.' Lalu ia membaca firman Allah Subhanahu wa ta’ala:
وَأَلْزَمَهُمْ كَلِمَةَ التَّقْوَى وَكَانُوا أَحَقَّ بِهَا وَأَهْلَهَا
"Dan Allah mewajibkan mereka kalimat takwa dan mereka berhak terhadap kalimat tersebut dan patut memilikinya." (QS Al Fath: 26)
Asy-Sya'biy mengatakan, "Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan sahabat kami ini." (Lihat At Tadzkirah: 30-31, Imam Al Qurthubiy, cet: Darul Aqidah)
Wallahu a'lam bishawab.
Editor : Eka Dian Syahputra