JAKARTA,iNews.id - Penanganan stunting sudah seharusnya dilakukan secara holistik dan melibatkan banyak pihak hubungan stunting dan pengendalian tembakau masih rendah. Selain itu, keluarga yang memiliki anggota keluarga seperti ayah yang merokok, berpotensi memiliki risiko stunting yang lebih tinggi dibandingkan keluarga yang tidak merokok.
Peneliti senior Southeast Asia Ministers of Education Organization (SEAMEO) Regional Center for Food and Nutrition (RECFON) Grace Wangge mengatakan, penanganan stunting selama ini dan hasil analisas pihaknya menunjukkan, pengetahuan pemangku kebijakan di daerah mengenai hubungan stunting dan pengendalian tembakau masih rendah.
"Begitu juga dengan pengetahuan masyarakat pada umumnya," ujar Grace di Jakarta, Kamis.
Dia menjelaskan hasil penelitian menunjukkan bahwa erat kaitannya antara rokok dengan stunting. Keluarga yang memiliki anggota keluarga seperti ayah yang merokok, berpotensi memiliki risiko stunting yang lebih tinggi dibandingkan keluarga yang tidak merokok.
Selama ini, target sasaran kampanye dari penanganan stunting adalah 1.000 hari pertama kehidupan dan anemia pada remaja putri. Padahal di sisi lain, remaja putra juga berperan besar, karena nantinya dia yang akan menjadi ayah. Jika remaja putra tersebut merokok, maka akan berdampak, tidak hanya pada kesehatan diri sendiri tetapi juga pada anak dan keluarganya pada masa depan," jelas dia.
Editor : Vitrianda Hilba Siregar