BEKASI, iNewsBekasi.id- Penulisan artikel advertorial Aqua di salah satu media online baru-baru ini dikritik oleh Cendekiawan NU Nadirsyah Hosen karena namanya dicatut dalam tulisan tersebut tanpa adanya konfirmasi kepadanya. Namun, pakar komunikasi media menyayangkan adanya pihak-pihak tertentu yang menggoreng masalah ini ke arah persaingan usaha.
Pakar Komunikasi Media Satrio Arismunandar mengamati adanya pihak-pihak tertentu yang dengan sengaja telah memanfaatkan kasus ini dan menggorengnya kepada unsur persaingan usaha.
Hal itu sangat terlihat dari komentar-komentar para netizen di sosial media. "Semua komentar yang ada di sosial media itu bentuknya seragam, seperti ada yang men-drivenya," ujarnya dalam siaran tertulis yang diterima bekasi.inews.id pada Senin (20/5/2024).
Menurut dia, keributan ini biasanya antara pihak yang dirugikan dalam tulisan itu dan pihak-pihak terkait yang dianggap telah merugikan. Dan biasanya itu diselesaikan secara kekeluargaan antar kedua belah pihak.
Makanya, lanjut Satrio, apa yang terlihat di sosial media itu sudah lebih daripada sekadar kritik pada praktik jurnalistik, tapi sudah mengarah kepada strategi untuk menghancurkan pesaing bisnis.
“Nah, itu lain lagi masalahnya. Kita tidak lagi bicara mengenai masalah etika jurnalistik. Ini ngomong soal taktik-taktik perang dagang kalau gitu,” ujarnya.
Seharusnya, kalau pun melakukan kritik terhadap kesalahan pencatutan nama di dalam sebuah tulisan, sebaiknya kritik yang sifatnya membangun dan bukan menjatuhkan.
Misalnya mengingatkan agar media tersebut lebih berhati-hati lagi dalam membuat tulisan karena itu bisa merugikan pihak-pihak yang dicatut namanya.
“Jadi, jangan terus menghakimi dengan menuduh media itu sering melakukan hal serupa dan mengait-ngaitkannya dengan isu-isu yang cukup sensitif,” tukas Satrio.
Padahal, lanjutnya, kasus itu hanya berkaitan dengan pelanggaran etika jurnalistik dengan membuat suatu pernyataan tanpa mewawancarai narasumber.
Dalam kasus ini, kata Satrio, biasanya bisa diselesaikan dengan cara pihak yang dirugikan melakukan komplain berupa hak jawab dan memintanya untuk dimuat di media bersangkutan.
“Itu penyelesaiannya biasanya bisa melalui Dewan Pers dan segala macam. Masalahnya juga bisa selesai sejauh yang bersangkutan merasa bahwa ini hanya kesalahan biasa tidak ada suatu niat buruk dari pihak media atau pihak terkait lainnya untuk sengaja menjatuhkan dia. Jadi, itu terserah yang bersangkutan bagaimana menyelesaikannya,” tuturnya.
Sementara itu pihak Danone Indonesia telah menghubungi Prof Nadirsyah Hosen untuk memberikan penjelasan. "Alhamdulillah kami berkesempatan untuk berkomunikasi langsung dengan Prof Nadirsyah Hosen dan menyampaikan permintaan maaf atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan akibat artikel dimaksud. Kami menyadari ada kesalahan dalam proses pengambilan informasi yang bisa menimbulkan insinuasi yang dapat merugikan reputasi Prof Nadirsyah sebagai intelektual yang independen dan tidak terafiliasi oleh kepentingan bisnis," kata Arif Mujahidin, Corporate Communications Director Danone Indonesia.
"Kami sangat menghormati Prof Nadirsyah Hosen sebagai intelektual Muslim yang independen. Perlu kami sampaikan bahwa beliau tidak ada kaitan atau afiliasi apapun dengan merek atau perusahaan kami," ucapnya.
Editor : Wahab Firmansyah