OPINI
Oleh: C Suhadi, mantan Ahoker.
VIRAL pernyataan calon Wakil Gubernur Jakarta Rano Karno bahwa kemenangannya di putaran pertama bukan karena peran Anis dan Ahok, akan tetapi kemenangan itu karena peran warga Jakarta. Dan yang lebih mengejutkan Rano atau si Doel siap bertarung hingga 3 kali dan dia akan tetap menang. Barangkali tanpa peran Anis dan Ahok, Doel tetap menang, arogan sekali.
Sikap arogon si Doel bukan kali yang pertama dilontarkan, akan tetapi kerap kata kata menyakitkan itu diucapkan. Dan kalau memperhatikan ucapan yang baru baru ini ramai disorot masyarakat, bidikan ucapan itu bukan hanya ditujukan kepada pendukung Anis dan Ahok atau lebih dikenal dengan Ahoker, akan tetapi ucapan itu ditujukan kepada Partai pengusungnya yaitu, PDIP.
Rano lupa, tanpa dukungan relawan, partai pengusung Rano bukan siapa-siapa, karena Rano punya nama besar bukan di kancah politik nasional dan regional, akan tetapi di dunia hiburan seperti film, dunia tarik suara dan terakhir sinetron si Doel Anak Betawi yang melegenda.
Akan tetapi di dunia politik, nama Rano bukan siapa-siapa. Kecuali seorang figur yang pernah gagal memimpin Provinsi Banten sebagai seorang Wakil Gubernur dan Gubernur menggantikan Ratu Atut sebagai Gubernur kala yang bersangkutan tersandung kasus Korupsi dan ditahan oleh KPK.
Selain itu, kehadiran Rano di Pilgub Jakarta tidak membawa efek signifikan dalam menarik masyarakat Jakarta untuk ikut dalam kontestasi pesta demokrasi Pilgub Jakarta, ini terbukti tingkat golput di angka 48% masyarakat tidak tertarik dalam berpartisipasi di Pilgub kali ini. Dari cermin keikutsertaan masyarakat yang rendah telah memberi gambaran bahwa dalam Pilkada Jakarta ini tidak ada yang istimewa, termasuk kehadiran si Doel anak Megawati.
Dalam catatan kelamnya selama menjadi bagian dalam memimpin Provinsi Banten, Rano sangat tidak menonjol bahkan tidak ada prestasi yang membanggakan dalam membangun Provinsi Banten. Padahal kala itu Presidennya adalah dari Partai yang sama dan tentunya apabila mempunyai etos kerja besar akan mendapat dukungan dari Presiden yang sangat giat membangun. Nyatanya, Rano ya Rano, bukan seorang pekerja akan tetapi hanya seorang penghibur.
Sebab barangkali dengan hanya duduk di kursi empuk Wakil Gubernur, itu sudah menghibur, utamanya penghibur diri sendiri. Karena Rakyat buat seorang petugas partai menjadi tidak penting untuk mendapat perhatian dan kesejahteraan mana kala kekuasaan itu
Editor : Vitrianda Hilba Siregar