get app
inews
Aa Text
Read Next : Film Jumbo Tembus 1,6 Juta Penonton, Sufmi Dasco: Dukung Terus Industri Perfilman Tanah Air

Sosok Arsitek Diplomasi Politik di Balik Rekonsiliasi Nasional Prabowo-Megawati

Jum'at, 11 April 2025 | 12:18 WIB
header img
Presiden Prabowo Subianto saat bertemu dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Foto/Istimewa

JAKARTA, iNewsBekasi.id- Pertemuan antara Presiden Prabowo Subianto dan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri beberapa waktu lalu menjadi momen penting dalam perjalanan kebangsaan Indonesia. 

Pertemuan keduanya tidak lepas dari peran Ketua Harian DPP Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad. Pengamat intelijen dan geopolitik Amir Hamzah menilai, pertemuan tersebut mencerminkan kesadaran bersama untuk membangun kekuatan nasional dalam menghadapi dinamika pengelolaan negara yang kian kompleks.

Menurut Amir, bangsa Indonesia tengah berada di titik persimpangan sejarah yang memerlukan konsolidasi kekuatan nasional.

“Kita sedang menghadapi tantangan global yang tidak ringan, geopolitik kawasan yang memanas, tekanan ekonomi global, transformasi teknologi, hingga ancaman disintegrasi sosial akibat polarisasi politik. Dalam kondisi seperti ini, kekuatan nasional menjadi kebutuhan mendesak,” kata Amir kepada wartawan, Jumat (11/4/2025).

Ia melihat, pertemuan Prabowo dan Megawati yang terjadi di momen Lebaran bukanlah peristiwa biasa. Ini adalah simbol dari konsolidasi kekuatan nasional di atas kepentingan golongan dan ego politik.

“Pertemuan itu menyampaikan pesan mendalam bahwa untuk membangun bangsa, kita harus menurunkan arogansi dan membuka ruang dialog lintas kubu. Lebaran adalah momentum yang tepat karena semangat silaturahmi dan saling memaafkan mendominasi ruang publik,” katanya.

Ia menekankan, dalam konteks geopolitik, negara-negara besar pun tengah menyatukan kekuatan internal mereka untuk menghadapi tantangan eksternal. Indonesia, sebagai negara dengan kekayaan geopolitik luar biasa, harus melakukan hal serupa.

Amir melihat sosok Sufmi Dasco Ahmad memiliki peran penting dalam mempertemukan Prabowo dan Megawati.

“Pak Dasco bukan hanya tokoh partai, tetapi juga aktor strategis yang mampu menjembatani kekuatan politik besar. Ia pernah memainkan peran krusial saat mempertemukan Prabowo dan Jokowi di MRT beberapa tahun lalu. Sebuah peristiwa simbolik yang membuka jalan Prabowo masuk kabinet Jokowi sebagai Menteri Pertahanan,” ungkapnya.

Kali ini, lanjut Amir, Dasco kembali menjadi ‘penyambung lidah’ politik yang memfasilitasi pertemuan dua tokoh besar yang memiliki sejarah panjang dan kompleks.

“Bisa dibilang, Dasco adalah arsitek diplomasi politik di balik layar. Perannya tidak mencolok, tapi sangat strategis,” jelasnya.

Megawati didampingi oleh Menko Polhukam Budi Gunawan dalam pertemuan itu, Amir melihat kehadiran Budi Gunawan sebagai sinyal bahwa komunikasi antara elite PDI Perjuangan dan kubu Prabowo tidak pernah benar-benar terputus.

“Pak BG adalah tokoh intelijen yang memiliki jejaring luas dan kemampuan membaca peta politik secara presisi. Kehadirannya menunjukkan bahwa ada niat baik dan kalkulasi matang dalam proses rekonsiliasi ini,” jelasnya.

Amir menyebut konfigurasi baru ini sebagai potensi “koalisi kebangsaan” yang bukan hanya pragmatis secara politik, tetapi juga strategis dalam menjaga stabilitas nasional.

Meski pertemuan ini membuka peluang besar untuk kerja sama lintas partai dalam membangun bangsa, Amir mengingatkan bahwa tantangannya tidak sedikit.

“Peluangnya adalah lahirnya pemerintahan yang kuat dan inklusif. Tapi tantangannya adalah bagaimana menyatukan visi, mengelola ego elite, dan menjawab ekspektasi publik yang tinggi,” tutur Amir.

Ia juga mengingatkan rakyat Indonesia akan melihat sejauh mana rekonsiliasi ini benar-benar membawa manfaat nyata, bukan hanya elitis di atas permukaan.

“Apakah ini akan menjadi langkah menuju pembangunan nasional yang berkelanjutan atau sekadar pencitraan sesaat? Itu akan diuji oleh waktu dan kebijakan yang lahir ke depan,” tegasnya.

Selain itu, Amir turut menyerukan pentingnya menjaga semangat kebangsaan yang inklusif dan berorientasi pada kepentingan nasional.

“Kalau elite politik bisa duduk bersama, mengesampingkan masa lalu, dan menyusun agenda kebangsaan secara kolektif, maka bangsa ini punya harapan besar untuk menjadi kekuatan baru di kawasan maupun dunia,” ucapnya.
 

Editor : Wahab Firmansyah

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut