Pelecehan Seksual Modus Pengobatan Alternatif, 15 Wanita di Pondok Melati Bekasi Jadi Korban

BEKASI - iNewsBekasi.id - Seorang pria berinisial M, pemilik tempat pengobatan alternatif di kawasan Pondok Melati, Kota Bekasi, diduga telah melakukan pelecehan seksual terhadap belasan wanita dengan modus praktik pengobatan alternatif dan spiritual.
Kasus ini terungkap setelah sejumlah korban memberanikan diri untuk memberikan kesaksian kepada publik dan Pemerintah Kota Bekasi. Belasan korban, mayoritas berasal dari wilayah Kelurahan Jatimurni, Kecamatan Pondok Melati. Dari catatan pengurus RT, sedikitnya 15 orang wanita telah melapor.
K, salah satu korban, menceritakan bahwa peristiwa pelecehan yang dialaminya terjadi pada 2016. Ia datang dengan maksud meminta air doa demi mencari suaminya yang hilang. Namun, setibanya di lokasi, pelaku langsung memintanya duduk di pangkuan, lalu mulai melakukan tindakan tak senonoh.
“Awalnya saya cuma minta air doa, tapi dia malah suruh saya duduk di pangkuannya. Dari belakang, dia mulai meraba payudara saya, lalu tangannya masuk ke bagian sensitif saya,” ungkap K dengan suara bergetar.
Saat K mencoba melawan, pelaku malah semakin menjadi. Ia bahkan mencium leher dan bibir K secara agresif.
“Saya bilang, ‘Kok kayak gini?’ Dia tetap bilang, ‘Pengobatannya emang kayak gini, yang lain juga begitu.’ Dari payudara, dia ke kuping, terus ke pipi, dan akhirnya ke mulut,” kisah K lebih lanjut.
Setelah kejadian itu, K mengaku takut untuk melapor karena merasa malu dan khawatir akan reaksi lingkungan sekitar.
“Saya benar-benar nggak berani lapor waktu itu. Malu dan takut,” ucapnya.
Kini, ia berharap pihak kepolisian segera menangkap pelaku, mengingat keresahan warga yang sudah berlangsung bertahun-tahun.
“Semoga cepat ketangkep, soalnya udah bikin resah dari 2016,” paparnya.
Korban lain, D (38), mengungkapkan bahwa dirinya juga menjadi korban pelecehan saat meminta bantuan untuk mendapatkan keturunan. Ia mengaku diberi air doa dan diminta melanjutkan pengobatan di rumahnya. Di sanalah, pelaku diduga mencabulinya saat berpura-pura memijat kaki yang sedang sakit.
“Saya baru sadar ada yang janggal setelah anak saya marah dan bilang, ‘Kenapa pengobatannya di kamar, bukan di ruang tengah?’” tutur D.
Korban ketiga, R (25), mengatakan bahwa jumlah korban kemungkinan jauh lebih banyak, namun sebagian besar enggan bersuara karena merasa malu dan takut.
Editor : Tedy Ahmad