Penjelasan Ending Squid Game 3, Bayi Nomor 222 jadi Kejutan
BEKASI, iNewsBekasi.id - Penjelasan ending Squid Game 3 menarik perhatian setelah drama Korea ini tayang perdana pada Jumat (27/6/2025).
Squid Game 3 menghadirkan akhir yang emosional dan penuh simbolisme. Dukun Seon-nyeo yang bernomor 044 (Chae Kook-hee) sempat meramalkan bahwa tidak ada pemain yang akan selamat dari permainan mematikan ini.
Ramalan tersebut terbukti saat tidak ada satu pun dari peserta asli berhasil lolos hidup-hidup di akhir permainan. Bahkan sang protagonis, Seong Gi-hun (Lee Jung-jae), akhirnya memilih jalan pengorbanan. Namun, kejutan terbesar datang dari pemenang yang tak terduga.
Dia adalah bayi Kim Jun-hui pemain nomor 222 (Jo Yuri). Bayi yang lahir di episode 2 ini muncul sebagai simbol harapan di tengah dunia yang suram. Menurut sang sutradara, Hwang Dong-hyuk, twist ini bukan hanya mengejutkan, tapi juga sarat pesan moral.
"Bayi itu mewakili generasi mendatang. Kita punya tanggung jawab untuk meninggalkan dunia yang lebih baik bagi mereka,” jelasnya dilansir dari situs resmi Netflix, Jumat (27/6/2025).
Permainan final yang dinamakan Sky Squid Game menghadirkan aturan rumit dan tantangan yang tak manusiawi. Para pemain harus bertarung di tiga menara berbeda, yakni berbentuk kotak, segitiga, dan lingkaran, dan menyingkirkan lawan dengan cara mendorong mereka jatuh, tetapi hanya setelah tombol khusus ditekan untuk mengesahkan ronde.
Gi-hun menjaga bayi itu sepanjang dua babak pertama dari serangan brutal, terutama dari sang ayah bayi sendiri, Lee Myung-gi atau peserta nomor 333 (Im Si-wan), yang menunjukkan keserakahan ekstrem.
Di babak ketiga, Gi-hun dan Myung-gi berhadapan dalam duel hidup dan mati. Gi-hun mencoba menyelamatkan keduanya, tapi akhirnya Myung-gi jatuh karena jaket yang robek. Ironisnya, karena tombol belum ditekan, kematian Myung-gi tidak sah. Kini, pilihan ada di tangan Gi-hun. Ia harus memilih antara menekan tombol dan mengorbankan bayi, tidak melakukan apa-apa, atau menekan tombol dan mengorbankan dirinya sendiri.
Peserta nomor 456 itu memilih yang terakhir, dengan pesan keras kepada para penonton elite bahwa manusia bukanlah pion permainan. Pengorbanan Gi-hun tak hanya menyelamatkan bayi itu, tetapi juga menutup siklus penderitaan dan kesalahan yang telah ia jalani sejak musim sebelumnya.
Bayi Jun-hui, kini secara simbolis dan legal menjadi pemenang Squid Game, membawa harapan baru akan kemanusiaan dan masa depan. Sutradara Hwang menyebut keputusan Gi-hun mencerminkan kembalinya hati nurani, dan mencerminkan pilihan moral di dunia yang terus digerogoti egoisme. “Kalau kita terus hidup demi kenyamanan sendiri, tanpa peduli masa depan generasi mendatang, dunia ini tidak akan berubah," jelasnya.
Setelah Gi-hun meninggal lantaran mengorbankan dirinya sendiri demi bayi Jun-hui, Front Man (Lee Byung-hun) yang sebelumnya dingin dan kejam justru menyelamatkan bayi tersebut.
Adegan epilog enam bulan setelahnya memperlihatkan bayi itu kini diasuh oleh saudara Front Man, Hwang Jun-ho (Wi Ha-joon), dan diberikan hadiah uang sebesar 4,56 miliar won atau setara dengan Rp54,72 miliar. Front Man yang semula hanya terlihat sebagai tokoh antagonis akhirnya menunjukkan sisi kemanusiaan yang tersisa.
“Kami ingin menunjukkan bahwa bahkan di tengah keputusasaan, ada cahaya kecil yang bisa tumbuh,” ucap Lee Byung-hun.
Di sisi lain, Jun-hui, ibu sang bayi, meninggal setelah menyelamatkan anaknya dan mengorbankan dirinya demi peluang hidup sang bayi. Kang No-eul dengan kode 011 (Park Gyu-young), Penjaga Merah Muda yang membelot, berhasil melarikan diri dan menyelamatkan Park Gyeong-seok peserta nomor 246 (Lee Jin-wook), pria yang dulu menyelamatkannya.
Ia mendapat kabar bahwa putrinya, yang diyakini telah meninggal, mungkin masih hidup di China. Cheol, adik mendiang Sae-byeok, akhirnya bertemu kembali dengan ibunya dari Korea Utara, mimpi yang selama ini dijaga sang kakak.
Dalam detik-detik terakhir, Front Man mendengar suara familiar, ubin ddakji dijatuhkan di jalan Los Angeles. Ia melihat seorang pria misterius merekrut korban baru, seolah menandai bahwa permainan belum benar-benar berakhir. Lee Byung-hun menyebut momen itu sebagai pengingat pahit.
“Meski banyak yang berkorban dan mencoba melakukan yang benar, dunia terus berjalan dengan cara lamanya," tuturnya.
Editor : Tedy Ahmad