Curhat Orangtua Siswa Sekolah Rakyat Ngontrak di Lahan Pemakaman Curhat ke Letkol Teddy - Gus Ipul
JAKARTA, iNewsBekasi.id – Sekolah Rakyat mulai diaktifkan pada tahun ajaran baru 2025-2026. Sekretaris Kabinet (Seskab) Letkol Teddy Indra Wijaya dan Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf atau Gus Ipul menyapa langsung para orang tua calon siswa di Sekolah Rakyat, Cipayung, Jakarta Timur.
Momen ini menjadi ajang bagi para orang tua untuk mencurahkan isi hati mereka terkait kondisi keluarga.
Salah satu orang tua, Irwan, mengungkapkan rasa syukurnya atas kehadiran program sekolah rakyat ini. Dia berharap putranya, Muhammad Cikal, bisa menjadi anak yang pintar dan berguna bagi bangsa.
"Alhamdulillah, ini sangat membantu saya dan keluarga. Saya ingin anak saya pintar dan berguna untuk nusa dan bangsa," tutur Irwan di hadapan Letkol Teddy dan Gus Ipul pada Minggu (29/6/2025).
Irwan menceritakan bekerja sebagai kuli panggul dengan penghasilan tidak menentu, rata-rata Rp100.000 per hari. Namun, setelah dipotong untuk makan dan kebutuhan harian, uang yang dibawa pulang hanya sekitar Rp70.000-Rp80.000. Dengan penghasilan tersebut, dia harus menghidupi istri dan dua anaknya di sebuah rumah kontrakan berukuran 4x5 meter yang berada di lahan pemakaman.
Curahan hati juga datang dari Suratna, seorang ibu penjual nasi uduk. Ia berharap Sekolah Rakyat bisa meringankan beban hidupnya. Untung dari berjualan nasi uduk hanya sekitar Rp40.000 per hari. Jika tidak memiliki modal, dia terpaksa bekerja sebagai tukang cuci keliling.
Suratna harus berjuang sendiri menghidupi empat anaknya setelah ditinggal suaminya sejak tahun 2020. Beban hidupnya semakin berat setelah orangtuanya meninggal. Harus merelakan anak ketiganya, Galih, putus sekolah karena tidak ada biaya.
Selain menghidupi kelima anggota keluarganya, Suratna juga harus membayar biaya kontrakan sebesar Rp500.000 setiap bulan. "Saya harus menghidupi empat anak, padahal anak pertama dan kedua baru saja lulus tahun ini," ujarnya pilu.
Kisah Irwan dan Suratna menjadi gambaran nyata bagaimana program pendidikan gratis seperti Sekolah Rakyat sangat dibutuhkan oleh masyarakat yang kurang mampu.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta