get app
inews
Aa Text
Read Next : Libatkan Ratusan Personel, Basarnas Gelar Latihan Gabungan Urban SAR di Mega Kuningan

Di Hadapan DPR, Basarnas Ungkap Krisis Alat Deteksi Dini: Rusak dan Tak Bisa Diperbaiki

Selasa, 08 Juli 2025 | 14:53 WIB
header img
Kepala Badan SAR Nasional (Kabasarnas) Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii/Foto: Felldy Utama

JAKARTA, iNewsBekasi.id – Kesiapsiagaan Indonesia dalam menghadapi bencana kembali menjadi sorotan tajam. Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) mengungkapkan fakta mengejutkan di hadapan Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada Senin (7/7/2025).

Kepala Badan SAR Nasional (Kabasarnas) Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii menyatakan bahwa sejumlah sistem deteksi dini vital milik mereka, termasuk MEOLUT-IDMCC, mengalami kerusakan parah dan tidak dapat diperbaiki karena keterbatasan anggaran.

Pernyataan ini sontak memicu kekhawatiran serius di kalangan anggota dewan dan publik. Pasalnya, alat deteksi dini merupakan tulang punggung Basarnas dalam memberikan peringatan awal dan melakukan respons cepat terhadap berbagai insiden, mulai dari kecelakaan laut dan udara hingga bencana alam.

Dia menjelaskan bahwa kondisi anggaran Basarnas sangat terbatas. "Apabila pagu kebutuhan tersebut dibandingkan dengan pagu indikatif, akan terdapat backlog anggaran Rp 1,26 triliun," ungkapnya.

Dia juga menegaskan adanya kesenjangan besar antara kebutuhan ideal dan alokasi yang tersedia.

Lebih lanjut, Syafii mengakui bahwa kerusakan sistem deteksi dini ini telah mengganggu pelaksanaan operasi SAR yang dilakukan oleh Basarnas. Ia juga menyoroti pergeseran posisi Indonesia dalam ranking negara-negara yang memiliki kemampuan SAR.

"Tahun 2024 tergeser ke posisi enam setelah Singapura, Amerika, Australia, Vietnam, Hongkong, dan China. Dan tahun 2025 ini juga mengalami penurunan ke posisi delapan," imbuhnya, menunjukkan penurunan performa yang bisa jadi terkait dengan keterbatasan fasilitas.

Anggota Komisi V DPR RI turut menyoroti permasalahan ini. Ketua Komisi V DPR RI, Lasarus, misalnya, menyebut bahwa Basarnas bahkan belum memiliki alat sonar yang memadai untuk mencari titik lokasi kapal yang tenggelam secara pasti, hanya mampu mendeteksi keberadaan korban di dalamnya.

Kerusakan permanen pada alat deteksi dini dan keterbatasan anggaran menjadi sorotan utama dalam rapat dengar pendapat tersebut. DPR mendesak Basarnas untuk segera mencari solusi, karena seperti yang ditegaskan oleh Syafi'i, "Setiap waktu keterlambatan, setiap sarana dan prasarana yang tidak siap, dan setiap kemampuan yang tidak terjaga, bisa berarti jiwa terancam melayang, yang seharusnya bisa diselamatkan.

Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut