get app
inews
Aa Text
Read Next : Hasil Seleksi Sekda Kabupaten Bekasi, Endin Samsudin Raih Nilai Tertinggi

Kekeringan Kepung 7 Kecamatan, Ratusan Hektare Lahan Pertanian Utara Bekasi Mengering

Senin, 04 Agustus 2025 | 14:24 WIB
header img
Kekeringan parah kembali melanda wilayah utara Kabupaten Bekasi. Foto/Ilustrasi/SINDOnews

CABANGBUNGIN, iNewsBekasi.id – Kekeringan parah kembali melanda wilayah utara Kabupaten Bekasi. Ratusan hektare lahan pertanian mengering dan terancam puso (gagal panen) akibat minimnya pasokan air irigasi.

BPBD Kabupaten Bekasi mencatat, kekeringan terjadi sejak sebulan terakhir dan berdampak pada areal pertanian di tujuh kecamatan. Wilayah terdampak meliputi Kecamatan Karangbahagia, Sukatani, Tambelang, Sukawangi, Sukakarya, Cabangbungin, dan Muaragembong.

Para petani kesulitan menanam padi. Sementara sebagian yang sudah menanam terpaksa merugi karena tanaman mati. Akbar Diaksana (28), petani milenial asal Desa Jayabakti, Cabangbungin, mengaku suplai air ke sawahnya berhenti total sejak awal Juli.

“Sudah satu bulan air nggak ngalir. Biasanya cukup untuk sawah, sekarang kering. Kalau petani nggak nanam, terus mau kerja apa?” kata Akbar kepada iNews Bekasi, Senin (4/8/2025).

Menurut Akbar, kekeringan kali ini diperparah proyek pembangunan Bendung Sungai Hulu (BSH-0) di Kali Cikarang Bekasi Laut (CBL), yang menghambat aliran air ke wilayah utara. Selain itu, saluran irigasi yang melintasi Kali Sukatani dipenuhi sampah sehingga aliran air tersumbat.

Ia menyebut program normalisasi yang dilakukan pemerintah belum menjangkau seluruh jalur irigasi dari Cikarang hingga Cabangbungin. “Banyak titik belum dinormalisasi. Sampah menumpuk di saluran irigasi, air pun nggak bisa ngalir,” ungkapnya.

Warga setempat berinisiatif melakukan kerja bakti membersihkan saluran air secara manual. Namun, keterbatasan alat dan tenaga membuat hasilnya belum optimal. Bahkan, sejumlah warga sempat menggelar aksi protes menuntut pemerintah segera membuka kembali aliran air.

“Normalisasi cuma di sebagian titik. Padahal air itu ngalir dari hulu ke hilir. Kalau yang di tengah dibersihin, tapi ujungnya mampet, ya sama saja,” tambahnya.

Fenomena ini menambah penderitaan petani. Saat musim hujan, wilayah Jayabakti dan sekitarnya kerap dilanda banjir. Namun, ketika musim kemarau datang, lahan justru mengering karena pasokan air tidak tersedia.

“Kami di utara ini serba bingung. Musim hujan kebanjiran, musim kering kekeringan. Selalu salah musim,” keluh Akbar.

Petani berharap proyek bendungan segera diselesaikan dengan sistem aliran yang dapat menjamin pasokan air ke lahan pertanian. Mereka juga mendesak normalisasi irigasi dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan, agar distribusi air dari hulu ke hilir berjalan optimal.

“Kalau begini terus, petani bisa berhenti bertani. Padahal ini urat nadi pangan Bekasi,” pungkasnya.

Editor : Abdullah M Surjaya

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut