get app
inews
Aa Text
Read Next : Hasil Seleksi Sekda Kabupaten Bekasi, Endin Samsudin Raih Nilai Tertinggi

Rekam Jejak Brigjen Suko Martono, Bupati Bekasi 1983 - 1993 Perintis Islamic Center

Minggu, 10 Agustus 2025 | 07:04 WIB
header img
Bupati Bekasi 1983 - 1993 Brigjen (Purn) Suko Martono. Foto/Istimewa

BEKASI, iNewsBekasi.id – Nama Brigjen (Purn) Suko Martono begitu lekat dalam sejarah Kabupaten Bekasi. Selain diabadikan menjadi nama jalan di Bekasi Utara, namanya tersemat di gedung Kompleks Pemerintahan Kabupaten Bekasi sebagai bentuk penghormatan atas jasanya.

Suko Martono lahir pada 24 Juli 1941 di Madiun, Jawa Timur, yang kala itu masih berada dalam wilayah Hindia Belanda. Ia meniti karier di dunia militer dari kecabangan Artileri Pertahanan Udara (Arhanud), hingga mencapai pangkat brigadir jenderal di TNI AD sebelum pensiun.

Di tengah perjalanan kariernya, Suko menikah dengan Budhi Hariarti. Dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai empat anak: Andyawan Martono Putra, Heri Budisusetyo, Aji Sandi Nugroho, dan Kusumaningtyas.

Sebelum menduduki kursi Bupati Bekasi, Suko menjabat sebagai Komandan Kodim (Dandim) Bekasi. Posisi ini memberinya pemahaman yang mendalam tentang kondisi sosial, budaya, dan keamanan daerah yang kelak ia pimpin.

Menjabat Bupati Bekasi Dua Periode

Berdasarkan catatan Pemerintah Kota dan Kabupaten Bekasi, pada 9 November 1983, Suko Martono resmi dilantik sebagai Bupati Bekasi, menggantikan pendahulunya yakni Abdul Fatah yang memimpin Bekasi sejak tahun 1973-1983.

Suko memimpin selama dua periode hingga 9 November 1993. Masa pemerintahannya bertepatan dengan periode awal pembentukan Kota Administratif (Kotif) Bekasi yang baru berusia dua tahun, terdiri atas Kecamatan Bekasi dan Kecamatan Tambun.

Di era ini, jumlah penduduk Bekasi mengalami lonjakan signifikan. Berdasarkan Sensus Penduduk 1980, Kabupaten Bekasi memiliki 1,1 juta jiwa. Pertumbuhan ini tidak hanya disebabkan oleh angka kelahiran, tetapi juga oleh arus migrasi pendatang baru.

Berbeda dengan sebagian pejabat daerah lain pada masa itu, Suko justru memandang positif keberadaan pendatang. Ia menyebut bahwa kehadiran etnis dan budaya baru justru memperkaya khasanah Bekasi, seperti munculnya musik keroncong di kawasan Perumnas.

Selama memimpin, Suko Martono menekankan tiga prioritas utama: Pembangunan fasilitas umum termasuk infrastruktur jalan, sarana pendidikan, dan pelayanan kesehatan. Penciptaan lapangan pekerjaan untuk menyerap tenaga kerja lokal dan pendatang.

Peningkatan transportasi demi menghubungkan wilayah-wilayah terpencil dengan pusat kota. Pada November 1992, Suko bersama Kepala Bappeda Dede Satibi melakukan studi banding ke Prancis untuk mempelajari konsep pengembangan perkotaan modern.

Dari pemikiran-pemikiran inilah lahir gagasan membangun Islamic Center Bekasi, yang kemudian menjadi salah satu ikon keagamaan dan kebudayaan di Kota Bekasi.

Setelah menyelesaikan masa jabatannya pada 1993, Suko dipercaya menjabat sebagai Direktur Bina Politik di Departemen Dalam Negeri. Tidak lama kemudian, ia terjun ke dunia politik dan menjadi anggota DPR RI.

Usai meninggalkan panggung politik nasional, Suko tetap aktif di kegiatan sosial-keagamaan. Ia terpilih sebagai Ketua Yayasan Nurul Islam, lembaga yang mengelola Islamic Center Bekasi. Suko penerima Tanda Kehormatan Wredatama Nugraha dari Pemkot Bekasi.

H Suko Martono menerima tanda kehormatan itu tepat di Hari Ulang Tahun Kota Bekasi ke–14 pada Kamis 10 Maret 2011. Tanda kehormatan itu disematkan mantan Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi.

Brigjen (Purn) Suko Martono wafat pada 26 Desember 2014 di RSPAD Gatot Subroto Jakarta, pada usia 73 tahun. Jenazahnya dimakamkan di Tempat Pemakaman Al Azhar, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

Editor : Abdullah M Surjaya

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut