Jadi Cagar Budaya, Ini Sejarah Panjang SDN Simpangan 01 Cikarang Utara Bekasi
CIKARANG UTARA, iNewsBekasi.id – Di tengah hiruk pikuk lalu lintas dan deretan bangunan modern di Jalan Raya Lemahabang, Kecamatan Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, berdiri sebuah bangunan sederhana yang menyimpan sejarah panjang pendidikan di Indonesia.
Sekolah Dasar Negeri (SDN) Simpangan 01 resmi ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya oleh Pemerintah Kabupaten Bekasi. Usia lebih dari satu abad, sekolah di Desa Simpangan ini menjadi saksi bisu perjalanan pendidikan nasional, jauh sebelum Indonesia merdeka.
Berdasarkan data Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, SDN Simpangan 01 didirikan pada 1 Januari 1917, pada masa penjajahan Hindia Belanda. Kala itu, sekolah ini dikenal dengan nama Folk School Lemahabang.
Pendirian sekolah ini bertujuan mendukung aktivitas ekonomi perusahaan besar milik Michiels Arnold, yang memproduksi hasil bumi berupa beras. Lemahabang pada masa itu menjadi pusat industri pangan penting, dengan posisi strategis dekat jalur transportasi kereta api.
“Zaman dulu sekolah ini dibuat agar anak-anak pekerja bisa mendapatkan pendidikan dasar. Letaknya strategis karena dekat jalur kereta api dan kawasan industri,” kata Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kabupaten Bekasi, Wahyudi Hafiludin Sadeli, Selasa (7/10/2025).
Perjalanan sejarah sekolah ini tak berhenti di masa kolonial Belanda. Saat Jepang menjajah Indonesia, sekolah ini berganti nama menjadi Sekolah Rakyat Lemahabang, sebelum akhirnya dikenal sebagai SDN Simpangan 01 pasca-kemerdekaan.
Artinya, bangunan ini telah melewati tiga era pemerintahan: Belanda, Jepang, dan Republik Indonesia. Sebuah perjalanan yang menjadikan SDN Simpangan 01 sebagai salah satu institusi pendidikan tertua dan paling bersejarah di Kabupaten Bekasi.
Meskipun diapit Ruang Kelas Baru (RKB), bangunan lama SDN Simpangan 01 masih berdiri kokoh. Bangunannya terdiri dari lima ruangan dengan desain unik khas arsitektur kolonia setengah bangunan berupa tembok dan terbuka menggunakan jaring besi sebagai ventilasi alami.
Wahyudi menambahkan, keaslian bangunan masih terjaga hingga 70 persen. Beberapa bagian yang masih orisinil antara lain pondasi, tiang-tiang penyangga, daun pintu, dan genteng-genteng besar yang masih menyimpan kode tahun pembuatan dari masa Belanda.
“Genteng-gentengnya masih asli dan cukup besar. Kita bahkan masih bisa melihat cetakan tahun pembuatannya,” ungkap Wahyudi.
Dari lima ruangan yang ada, dua di antaranya masih digunakan sebagai kelas lima. Satu ruangan dialihfungsikan menjadi tempat ibadah, sementara dua ruangan lainnya tidak lagi digunakan namun tetap dipelihara.
“SDN Simpangan 01 adalah monumen pendidikan yang membuktikan bahwa masyarakat Bekasi telah mendapatkan akses ilmu pengetahuan sejak masa penjajahan,” lanjut Wahyudi.
Dengan statusnya sebagai bangunan cagar budaya, SDN Simpangan 01 kini tak hanya menjadi tempat belajar, tapi juga penanda sejarah dan warisan budaya pendidikan di Kabupaten Bekasi diharapkan generasi muda untuk mengenal dan menghargai sejarah pendidikan bangsa.
Editor : Abdullah M Surjaya