get app
inews
Aa Text
Read Next : Tidak Cukup Minta Maaf, PMPRI Minta Wali Kota Bekasi Evaluasi Dirut Perumda Tirta Patriot

LSI Denny JA: Pak Harto Presiden yang Paling Disukai

Minggu, 09 November 2025 | 16:10 WIB
header img
Mendiang Presiden RI Ke-2, Soeharto. Foto: Dok

JAKARTA, iNewsBekasi.id - Hasil survei nasional terbaru dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA) menunjukkan fakta menarik: Soeharto (Pak Harto) kini menjadi presiden Republik Indonesia yang paling disukai publik dibandingkan seluruh presiden yang sudah selesai menjabat.

Dalam survei yang dilakukan pada Oktober 2025, menggunakan metode multi-stage random sampling terhadap 1.200 responden yang tersebar di seluruh provinsi, dengan wawancara tatap muka dan margin of error ±2,9 persen.

Publik menempatkan Soeharto di posisi teratas dengan 29,0 persen tingkat kesukaan, disusul Joko Widodo (26,6 persen) dan Soekarno (15,1 persen).

Presiden lain menempati posisi berikut: Susilo Bambang Yudhoyono (14,2 persen), Gus Dur (5,0 persen), B.J. Habibie (5,0 persen), dan Megawati Soekarnoputri (1,2 persen). Sementara 3,9 persen responden menjawab tidak tahu/tidak menjawab.

“Data ini sudah kami periksa berulang kali,” ujar Denny JA, pendiri LSI.

“Semua tabulasi dan metodologi benar. Inilah hasil ilmiah yang menggambarkan persepsi emosional bangsa hari ini terhadap para presiden Indonesia," kata dia.

Denny JA kemudian mengaitkan hasil ini dengan konsep psikologis yang menarik: rosy retrospection bias — atau yang ia sebut “kacamata merah muda.”

Istilah ini diperkenalkan oleh sekelompok peneliti di University of Washington pada akhir 1990-an, yang menemukan bahwa manusia cenderung mengingat masa lalu lebih indah daripada kenyataan saat itu.

“Seiring waktu, yang pahit memudar, yang manis bertahan,” kata Denny. “Bangsa ini tampaknya juga mengenakan kacamata merah muda ketika menilai Pak Harto. 

Rezim otoriternya mulai terlupakan, sementara kenangan tentang keteraturan, harga yang stabil, dan pembangunan desa justru menguat.”

Dengan merujuk teori psikologi kognitif Daniel Kahneman, LSI menjelaskan bahwa bias ini adalah mekanisme alamiah otak yang menyaring memori negatif.

Kenangan kolektif bangsa terhadap era tertentu bisa berubah seiring waktu, terlepas dari fakta 

Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut