JAKARTA, iNews.id - Keikutsertaan Puan Maharani di politik bukan sekedar mengikuti jejak ibunya Megawati Soekarnoputri maupun kakeknya, Bung Karno.
Begitulah disampaikan Ketua DPR Puan Maharani. Dia mengatakan ada cita-cita besar yang diinginkannya.
"Cita-cita saya ingin menjadi bagian dalam membangun bangsa ini. Ingin jadi orang yang berperan walau sedikit saja untuk membuat bangsa ini lebih baik dari sebelumnya,” kata Puan dalam acara Sinau Bareng Cak Nun di Masjid At Taufiq, Lenteng Agung, Minggu (11/4/2022).
Namun Ketua DPP PDI-P itu juga menyadari banyak pihak yang menganggapnya remeh karena lahir dari keluarga Presiden pertama RI Soekarno dan Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri.
Puan menegaskan, ia tak bisa memilih lahir dari latar belakang keluarga siapa pun.
"Saya tidak memilih jadi cucunya Bung Karno dan anaknya Megawati Soekarnoputri, tetapi memang lahirnya di situ," kata Puan.
Ia juga menegaskan, bukan berarti karir politiknya menjadi mudah karena lahir dari keluarga sang proklamator. Mantan Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan ini mengklaim, tidak ada karpet merah yang diberikan kepadanya.
"Semua manusia itu untuk mencapai cita-citanya itu pasti perlu perjuangan. Tidak mungkin ada yang instan, karpet merah tiba-tiba jadi, enggak ada. Semuanya itu perlu perjuangan," kata Puan.
Puan pun sampai saat ini mengaku masih terus berjuang bersama PDI-P untuk berkontribusi membawa Indonesia ke arah lebih baik.
"Saya tidak pernah bicara jabatan, hanya semangatnya saya menjadikan Indonesia ini Merah Putih," kata Puan.
"Menjadikan Indonesia saling bergotong royong, saling mencintai tanpa ada perbedaan, tanpa sekat-sekat miskin dan kaya," sambungnya.
Cak Nun kemudian memberi tanggapan setelah mendengarkan pidato dari Puan tersebut.
Cendikiawan bernama lengkap Muhammad Ainun Nadjib itu mengaku baru pertama kalinya bertemu langsung dengan Puan Maharani. Selama ini, ia hanya mengamati kiprah politik Puan dari kejauhan.
Setelah bertemu langsung dan berada di atas satu panggung dengan Puan, Cak Nun pun baru menyadari bahwa sosok cucu Soekarno itu lebih hebat daripada yang ia kira selama ini.
"Saya menemukan Mbak Puan ini jauh lebih dewasa dari yang saya sangka, jauh lebih tajam pikirannya dari yang saya sangka, dan jauh lebih sareh atau lebih bijaksana dari yang saya duga duga," kata Cak Nun.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta