JAKARTA, iNews.id - Suka membanding-banding apa yang didapat dengan yang diperoleh orang lain, termasuk masalah gaji bulanan adalah salah satu penyakit hati dan menjadi sumber ketidakbahagiaan seseorang.
Padahal Allah Ta'ala jelas dan tegas telah menyampaikan agar manusia bersyukur dan bersabar atas apa yang didapatkan . Dengan sering membanding-bandingkan, maka akan sulit bersyukur.
Perhatikan hadits berikut ini. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ
“Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR. Muslim, no. 2963)
Ustaz Muhammad Abduh Tuasikal menyebutkan sifat yang dimaksudkan dalam hadits di atas adalah qanaah.
Apa itu Qanaah?
Dikutip dari laman Rumaysho pada Senin (17/5/2021) disebutkan qanaah berasal dari kata qani’a, yaqna’u, qunuu’an, qana’atan, berarti rida (nerimo), yaitu ar-ridhaa’ bil yasiir minal ‘athoo’, rida dengan pemberian yang sedikit.
As-Suyuthi dalam Mu’jam Maqalid Al-‘Ulum mengatakan, “Qanaah itu rida dengan yang sedikit (kurang dari cukup, tidak bergaya dengan sesuatu yang memang tidak ada, dan merasa cukup dengan yang ada.”
Ibnus Sunni berkata,
القناعة الرضا بالقسم
“Qanaah adalah ar-ridhaa bil qismi, rida dengan pembagian.”
Al-Munawi berkata,
القناعة الإقتصار على الكفاف
“Qanaah adalah al-iqtishaar ‘alal kafaaf, merasa cukup dengan yang sedikit.” (Diambil dari Mawsu’ah Nadhrah An-Na’iim, 8:3167-3168)
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta