Pengunjung akan dihibur oleh pasangan yang disebut sebagai Otafuku dan Tengu, mereka akan menari dan memainkan drama yang berpura-pura menjadi pasangan suami istri yang sedang berhubungan seksual, serta mengenakan kostum yang khas.
Festival ini sangat gamblang dengan adegan-adegan, seperti posisi seksual, tamparan, dan sebagainya juga diperagakan. Ritual ini dikenal sebagai Tane tsuke (kawin).
Setelah Tane tsuke, pasangan itu berdiri, membersihkan kertas dari kimono mereka dan membagikannya kepada para pengunjung. Kertas itu disebut sebagai Fukuno-kami, hanya satu pengunjung yang beruntung mendapatkannya dalam tiap tahun.
Banyak orang percaya jika mereka mendapatkan kertas itu dan menggunakannya di rumah, dia akan dikaruniai seorang anak. Biasanya, festival ritual seksual seperti itu hanya dipratikkan di desa-desa pertanian di pegunungan sekitarnya.
Dilihat dari sudut pandang rakyat, Asuka, yang merupakan masyarakat maju sejak Jodai, memiliki tradisi seperti itu. Dalam festival ini juga terkenal dengan pertarungan pasirnya dan menjadi sorotan. Para peserta, petani, dan sapi yang berperan menjadi liar dengan saling melempar pasir.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait