Sampai pada suatu saat dalam sebuah perbincangan kecil di akhir pekan, keponakannya yang telah menginjak usia 7 tahun itu mengatakan suatu kalimat yang menyentuh hati Jordan.
"Paman Jordan, aku tidak ingin Anda pergi ke neraka," ujar Jordan menirukan perkataan sang ponakan kecil.
Tidak hanya itu, ketika perayaan hari raya agamanya dulu, Jordan juga mendapat sebuah perkataan dari keponakannya yang membuat hati kecilnya mulai sedikit terketuk.
"Aku ingat selama waktu hari raya berkata kepadaku bahwa Allah tidak memiliki seorang putra, paman Jordan," ungkapnya sambil mengingat perkataan sang keponakan.
Lantas, rasa khawatirnya terhadap sang keponakan karena menganut agama Islam perlahan berubah menjadi rasa penasaran. Apalagi, ajaran Islam justru banyak memuliakan kaum Hawa yang secara tidak langsung menjaga mereka dari segala bentuk bahaya.
Makin dalam Jordan mempelajari Islam, makin disadari bahwa Islam tidak seperti apa yang diberitakan. Dia baru menyadari bahwa Islam itu indah.
Meskipun sempat ragu dan mengira agama Islam hanya untuk orang Arab, suatu hari dia melihat seorang Muslim bernama Hamza yang sedang berdakwah di jalan. Pertemuannya dengan Hamza membuatnya makin menyadari bahwa ternyata Islam merupakan agama untuk semua umat manusia.
Lantas, malam harinya Jordan membulatkan tekad untuk menelpon Hamza dan kemudian bersyahadat sehingga telah sah menjadi seorang mualaf.
Editor : Eka Dian Syahputra
Artikel Terkait