ISTIDRAJ apa maksud dari kata tersebut. Bila dicontohkan dalam kehidupan sehari-hari misalnya bisnis lancar dan omset besar tapi melalaikan sholat.
Lalu karirnya naik terus dan orang-orang hormat tapi tidak memakai jilbab. Allah Ta'ala biarkan bahagia sementara di dunia, Allah biarkan merasa akan selamat dari ancaman Allah di akhirat kelak. Padahal Allah tidak peduli kepadanya karena melalaikan perintah dan larangan-Nya.
Suara adzan dianggap mengganggu privasinya. Dan ketika dia acuh dengan agama, bisnisnya semakin moncer, sehingga dia semakin takabbur, karena “toh tidak shalat rezeki semakin berlipat”.
Dalam Al Qur’an Surat Al An’am, 6:44 Allah SWT berfirman:
فَلَمَّا نَسُوْا مَا ُذكِّرُوْا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيهِم اَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى اِذَا فَرِحُوْا بِمَا أُوْتُوْا أخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإذَاهُمْ مُبْلِسُوْنَ
“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa”.
"Inilah orang yang menurut istilah di masyarakat “dilulu’ “, istilah agamanya istidraj. Semakin durhaka semakin kaya," ujar Pembina Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta - Jakarta Islamic Center, KH Drs Syarifuddin Mahfudz MSi
Sementara Syaikh Muhammad bin Abdul Aziz Al-Qar’awi menjelaskan, “Makar Allah adalah istidraj bagi pelaku maksiat dengan memberikan kenikmatan/kebahagiaan… mereka tidak memuliakan Allah sesuai dengan hak-Nya. Mereka tidak merasa khawatir [tenang-tenang saja] dengan istidraj [jebakan] kenikmatan-kenikmatan bagi mereka, padahal mereka terus-menerus berada dalam kemaksiatan sehingga turunlah bagi mereka murka Allah dan menimpa mereka azab dari Allah.”
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait