Muhammad Abduh ternyata sangatlah cerdas. Ketika berada di Prancis, beliau ditanya rahasia Islam mengharamkan babi. Pada mulanya, mereka yang bertanya tersebut mendapat jawaban babi haram karena mengonsumsi sampah yang mengonsumsi sampah yang mengandung cacing pita, mikroba-mikroba dan bakteri lainnya.
Dengan peternakan modern saat ini hal seperti itu tidak terjadi lagi. Lalu mengapa Islam tetap mengharamkan?
Tanya-jawab Muhammad Abduh dengan masyarakat Perancis ini disitir Syaikh Fauzi Muhammad Abu Zaid dalam buku "Hidangan Islami: Ulasan Komprehensif Berdasarkan Syari'at dan Sains Modern".
Menurut Syaikh Fauzi, mereka bertanya kepada Muhammad Abduh mengenai rahasia diharamkannya babi dalam Islam.
Begini pertanyaan itu: "Kalian (umat Islam) mengatakan bahwa babi haram, karena ia memakan sampah yang mengandung cacing pita, mikroba-mikroba dan bakteri-bakteri lainnya. Hal itu sekarang ini sudah tidak ada."
"Babi diternak dalam peternakan modern, dengan kebersihan terjamin, dan proses sterilisasi yang mencukupi. Bagaimana mungkin babi-babi itu terjangkit cacing pita atau bakteri dan mikroba lainnya?"
Muhammad Abduh tidak langsung menjawab pertanyaan itu, dan dengan kecerdikannya beliau meminta mereka untuk menghadirkan dua ekor ayam jantan beserta satu ayam betina, dan dua ekor babi jantan beserta satu babi betina.
Mengetahui hal itu, mereka bertanya, "Untuk apa semua ini?"
Beliau menjawab, "Penuhi apa yang saya pinta, maka akan saya perlihatkan suatu rahasia."
Mereka memenuhi apa yang beliau pinta. Kemudian beliau memerintahkan agar melepas dua ekor ayam jantan bersama satu ekor ayam betina dalam satu kandang.
Kedua ayam jantan itu berkelahi dan saling membunuh, untuk mendapatkan ayam betina bagi dirinya sendiri, hingga salah satu dari keduanya hampir tewas. Beliau lalu memerintahkan agar mengurung kedua ayam tersebut.
Kemudian beliau memerintahkan mereka untuk melepas dua ekor babi jantan bersama dengan satu babi betina. Kali ini mereka menyaksikan keanehan. Babi jantan yang satu membantu temannya sesama jantan untuk melaksanakan hajat seksualnya, tanpa rasa cemburu, tanpa harga diri atau keinginan untuk menjaga babi betina dari temannya.
Selanjutnya beliau berkata, "Saudara-saudara, daging babi membunuh 'ghirah' orang yang memakannya. Itulah yang terjadi pada kalian."
"Seorang lelaki dari kalian melihat isterinya bersama lelaki lain, dan membiarkannya tanpa rasa cemburu, dan seorang bapak di antara kalian melihat anak perempuannya bersama lelaki asing, dan kalian membiarkannya tanpa rasa cemburu, dan was-was, karena daging babi itu menularkan sifat-sifatnya pada orang yang memakannya."
Editor : Eka Dian Syahputra
Artikel Terkait