7 suku kanibal masih eksis hingga saat ini dan mereka sangat tertinggal. Bukan itu saja, mereka hidup dengan tradisi serta ritual yang dianggap menyeramkan bahkan menjijikkan. Mereka memakan daging manusia bahkan dari kalangannya sendiri.
Kanibalisme dipraktikkan karena berbagai alasan, mulai dari ritual keagamaan hingga kebutuhan yang mendesak. Atau bahkan untuk mendapatkan kekuatan dari orang yang mereka makan. Praktik ini masih terjadi di pelosok bumi yang terpencil.
Berikut 7 suku dengan manusia kanibal di dunia yang masih bertahan dirangkum dari beberapa sumber :
1. Suku Kurowai di Papua Nugini
Sebuah suku yang dikenal sebagai Korowai, berdiam di sepanjang Sungai Ndeiram Kabur di Papua Barat. Suku Korowai percaya bahwa seorang penyihir yang membunuh anggota suku adalah tanggung jawab mereka untuk memakan jasad orang yang telah meninggal itu.
Suku ini meyakini dengan memakan jasad itu merupakan cara untuk membalaskan dendam terhadap khakua, sosok iblis yang mengambil jiwa orang tersebut.
Jika seseorang jatuh dari rumah pohon setinggi 42 meter atau terbunuh dalam pertempuran, alasan kematian mereka cukup jelas bagi suku Korowai. Akan tetapi, karena tidak memahami mikrob dan kuman, mereka percaya bahwa ketika seseorang meninggal secara aneh (suatu penyakit), itu karena khakhua.
2.Sekte Aghori di India
Aghori, sebuah sekte biarawan di India, melakukan ritual kanibalisme untuk mencapai pencerahan spiritual. Dengan hanya sekitar 20 anggota yang tersisa, sekte itu minum dari mangkuk tengkorak manusia dan melumuri tubuh mereka dengan abu dari mayat yang terbakar.
Sekte Aghori juga meyakini, bahwa mereka dapat mencapai puncak penyatuan jiwa dengan alam dengan membenamkan diri dalam hal-hal yang dianggap tabu atau menakutkan oleh orang lain. Di antaranya mengunyah kepala hewan hidup, bermeditasi di atas mayat, dan memakan daging manusia, termasuk dalam beberapa ritual mereka.
3. Suku Wari’ di Brazil
Suku Wari', juga dikenal sebagai Pakaa Nova adalah penduduk asli Brasil. Jika menghabiskan waktu bersama mereka, Anda harus berharap untuk memakan setidaknya satu orang mati.
Endokanibalisme atau memakan anggota suku sendiri setelah mereka meninggal, termasuk dalam praktik suku Wari'. Ritual kematian mereka dengan mengeluarkan tubuh selama yang dibutuhkan setiap anggota keluarga yang meninggal tiba (biasanya sekitar tiga hari).
Tubuh mulai memburuk dan kembung selama waktu tersebut, dan ketika keluarga tiba, mereka cenderung memakan jantung dan organ dalam tubuh, meninggalkan kulit dan rambut yang membusuk.
4. Suku Macan Tutul di Afrika Barat
Di Afrika Barat, terdapat kelompok yang dikenal sebagai ‘The Leopard Society’. Seperti namanya, mereka menyamar sebagai macan tutul dan menyerang pengunjung yang tidak curiga dengan pisau dan pedang buatan sendiri, terbuat seperti cakar dan gigi macan tutul.
Dengan pisau itulah suku ini mengiris dan mengunyah korbannya. Suku ini percaya bahwa kanibalisme dapat memperkuat suku mereka.
5. Suku yang bertempat di Gua Naihehe - Sigatoka, Fiji
Fiji dikenal akan sejarah panjang kanibalismenya, bahkan dijuluki Pulau Kanibal pada satu titik. Dengan pengecualian Gua Naihehe, yang merupakan rumah bagi satu-satunya suku pemakan manusia di pulau itu, praktik kanibalisme tersebut hampir punah dalam beberapa tahun terakhir.
6.Suku Aztec di Meksiko
Menurut sejarah, suku Aztec terkenal karena melakukan ritual pengorbanan manusia, tetapi ada juga bukti bahwa mereka mempraktikkan ritual kanibalisme. Para bangsawan dan anggota masyarakat terkemuka lainnya kemungkinan besar disajikan dengan tubuh mayat yang dikorbankan.
Menurut beberapa akademisi, kanibalisme di antara suku Aztec lebih meluas di tengah kelaparan. Kanibalisme, menurut gagasan lain, adalah cara mereka berkomunikasi dengan para dewa.
7. Suku Amahuaca di Peru
Sebuah suku kanibal yang tinggal di dekat perbatasan Peru, Amahuaca percaya bahwa begitu seseorang meninggal, mereka harus dikonsumsi agar roh orang itu tetap hangat dan lebih baik daripada harus berada dalam kondisi tanah yang dingin.
Menurut catatan dari seorang misionaris, praktik kanibalisme dalam suku ini, seperti membuang mayat dan membiarkannya hingga membusuk, lalu diletakkan dalam wajan besar di atas api sampai menjadi abu.
Kemudian abu itu ditumbuk menjadi bubuk halus dan dicampur ke dalam beberapa tong besar yang terbuat dari pohon berlubang. Barulah mereka meminumnya bersama-sama.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait