Para pegawai pun menjadi korban dengan pemutusan hak kerja yang secara tiba-tiba, tanpa aba-aba.
Hal itu pula yang dialami Deni. Deni diberhentikan dari tempat ia bekerja saat Indonesia diguncang Covid-19.
"Setelah sekolah memang saya kerja di marketing, karena corona (Covid-19) pengurangan pekerja, ya saya di rumahkan," kata Deni yang ditemui saat beristirahat setelah mengikat hasil pencariannya ke gerobak reotnya.
Seusai diberhentikan dari marketing, Deni mengaku sempat menganggur selama satu tahun.
Bukan hanya berpangku tangan meratapi nasib, Deni mencoba mencari pekerjaan baru dalam kurun waktu tersebut. Namun, ikhtiarnya itu tidak membuahkan hasil.
"Awal saya keluar dari pekerjaan marketing itu kan saya nganggur selama setahun lebih, melamar pekerjaan sono sini gada hasil, sedangkan saya pulang ke rumah anak-bini diem, beras kaga ada, duit seperak kaga ada," ujar Deni dengan logat Betawinya.
Sebagai kepala keluarga, Deni pun sedih dengan kondisi keluarganya saat itu yang sungguh memprihatinkan.
Ia pun bertekad kepada dirinya sendiri untuk segera menemukan pekerjaan baru agar dapur keluarganya bisa kembali ngebul.
"Sampai saya nangis, akhirnya saya memutuskan jadi pemulung sampai saat ini," katanya.
Dalam menjalani pekarjaannya, Deni keluar masuk kampung untuk mengumpulkan barang bekas tak terpakai sejak matahari baru menyapa dari timur.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait