Kisah Marketing Bank Dipecat Akibat Pandemi Covid 19 Jadi Pemulung Demi Hidupi Keluarga

Nur Khabibi
gambaran dari Deni Setiawan (39) yang rela banting setir dari pegawai marketing di salah satu bank swasta menjadi pengais barang bekas atau yang biasa disebut pemulung setelah di PHK akibat pandemi Covid 19. Foto: Nur Khabibi 

Ia berangkat dari rumah ditemani dengan gerobak yang sudah termakan usia. Bahkan, satu dari dua tuas pendorong gerobaknya patah sehingga menyulitkan dirinya mendorong kendaraan tak bermotor dengan dua roda sejajar itu. 

Setelah tiba di lokasi, Deni akan meletakkan gerobaknya di bawah rindangnya pepohonan di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. 

Kemudian, ia berkeliling mencari satu demi satu botol plastik hingga sepotong demi sepotong kardus bekas dengan menggendong karung di pundaknya. 

Jika beruntung, dia akan membawa pulang besi yang harga jualnya di atas dua benda yang disebut sebelumnya. 

"Kalau harga botol mineral plastik sekilo Rp1.500, kalau kardus Rp1.800, besi Rp4.000, tembaga lebih tinggi harganya," kata Deni menjelaskan harga barang-barang bekas di pengepul. 

Deni tidak setiap hari bertolak ke pengepul untuk menimbang hasil pencariannya. Ia memilih dua hari sekali untuk menjual barang bekas yang punya nilai ekonomis itu. 

"Kalau saya tergantung kaga nentu, kadang dari Rp150 ribu, kalau kadang ada rezeki lagi bagus Rp200 ribu, kadang Rp100 ribu, ga nentu," ucap Deni menyebutkan besaran uang yang ia terima setelah dua hari mengumpulkan barang bekas. 

Saat ini, Deni memiliki satu istri dan dua anak lelaki yang sekolah di tingkat SLTA dan SD. Jumlah anaknya akan bertambah karena istrinya sedang mengandung anak ketiga dan berada di masa kehamilan kedelapan bulan. 

"Sebenarnya si gak cukup, tapi di cukup-cukupin," kata Deni menjelaskan apakah penghasilannya itu mencukupi untuk kebutuhan keluarga kecilnya itu. 

Dalam menjalankan profesinya itu, Deni menyebutkan pernah mengalami beberapa perlakuan yang tidak menyenangkan. 

Seperti tidak diusir dari pemilik lokasi karena dikhawatirkan ia akan mengambil barang-barang yang masih terpakai. 

"Pernah ditegor, tergantung orangnya juga si, kalau orangnya yang baik ya gapapa kalau orangnya yang istilahnya ga demen ama orang pemulung takut barangnya diambil lah, kaya beginilah curigaan, biasanya disuruh keluar, gaboleh," papar Deni menceritakan pengalaman pahitnya. 

Cuaca juga berpengaruh atas pendapatan Deni. Menurutnya, jika hujan melanda ia kesulitan untuk mengumpulkan barang-barang bekas yang akan ia jual untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. 

"Kalau lagi hujan biasanya si sepi saya, minimal Rp50 ribu," ucapnya. 

Meski begitu, segala rintangan itu tidak mematahkan semangatnya dalam mencari rupiah demi kebutuhan keluarganya. Ia pun tak mengambil pusing dengan profesinya saat ini yang kerap dianggap sebelah mata. 

"Saya nikmati, ya Alhamdulillah bisa ngempanin anak istri ampe sekarang," tutup Deni. 

Dalam kesempatan saat ditemui iNews Media Group, terlihat berkarung-karung hasil pencarian Deni yang ia tumpuk dan diikat di atas gerobaknya. 

Ia pun harus mendorong gerobaknya yang ditaksir membawa beban 60 kg sejauh lebih dari 1 km menuju pengepul.

Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta

Sebelumnya

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network