Sufmi Dasco Bertemu dengan Rocky Gerung dan 3 Aktivis, Ini yang Dibahas

Kiswondari
Sufmi Dasco Bertemu dengan Rocky Gerung dan 3 Aktivis, Ini yang Dibahas Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad saat bertemu dengan Rocky Gerung, Syahganda Nainggolan, Jumhur Hidayat, dan Ferry Juliantono. Foto/istimewa

JAKARTA, iNewsBekasi.id- Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad melakukan silaturahmi Lebaran dengan sejumlah tokoh di antaranya pengamat politik Rocky Gerung, serta tiga aktivis yakni Syahganda Nainggolan, Jumhur Hidayat dan Ferry Juliantono. Silaturahmi ini digelar di salah satu resto kawasan Senayan Park, Jakarta pada Senin (7/4/2025) kemarin.

Syahganda mengatakan, pertemuan ini sudah dirancang seminggu sebelum lebaran sehingga tidak membahas "Judi Kamboja" yang tengah viral saat ini. 

Mereka berlima asyik mendiskusikan nasib Bangsa Indonesia ke depan, di bawah naungan pemimpin revolusioner Prabowo Subianto.

"Kami tidak membahas trending topic "Judi Kamboja" yang lagi menyerang Dasco. Sebab, Dasco mengatakan dirinya tidak terganggu dengan serangan personal, dia hanya ingin bicara soal yang lebih besar, yakni soal bangsa," kata Syahganda, dikutip Selasa (8/4/2025).

Menurutnya, ada tiga hal penting yang menjadi isu pembicaraan itu. Pertama, kata dia, Rocky bercerita saat dahulu kala menemani Alm. Dr. Adnan Buyung Nasution bertemu Prabowo dan mendengar keinginan Prabowo untuk menjadi pemimpin besar sosialis dunia, setidaknya Asia. 

Sosialisme ini tentunya mendapatkan kesempatan untuk diwujudkan saat ini. Terutama ketika pemimpin populis dunia, Donald Trump, melakukan disrupsi pada tatanan global lama yang sangat neoliberal.

"Berbagai negara yang terkena dampak "Trump's War Trade" dapat menggalang kekuatan dan solidaritas. Apalagi bulan ini adalah bulan Konprensi Asia Afrika. Dasco mencatat usulan diskusi agar Prabowo pidato tentang solidaritas Asia-Afrika pada peringatan Konprensi Asia Afrika bulan ini," ungkapnya.

Menurut Rocky, lanjut Syahganda, Presiden Prabowo dan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim dapat menjadi duo pemimpin yang berduet membentuk solidaritas pemimpin bangsa-bangsa berkembang. 

Melalui kerja sama antarnegara, dampak kebijakan Trump dapat diatasi secara langsung.

"Namun, diskusi kami sedikit dibingungkan oleh adanya kemungkinan Trump semakin marah, khususnya dengan  pilihan Indonesia beberapa waktu lalu menjadi anggota BRICs. Indonesia harus mengatasinya dengan diplomasi terukur ke Amerika. Indonesia harus cepat menunjuk Duta Besar baru di Amerika yang bekerja penuh," ujarnya.

Kedua, lanjut dia, pembicaraan menyangkut lapangan kerja. Lapangan kerja pedesaan harus meningkat setidaknya 1 juta lapangan kerja baru, setelah kebijakan Prabowo membangun 80.000 koperasi desa merah putih. 

Selama ini penyerapan naker di pedesaan mencapai 40 juta jiwa dengan lapangan kerja tercipta 1,3 juta tahun lalu. Hal ini bisa dilakukan melalui industrialisasi pedesaan yang massif.

Kemudian, Syahganda melanjutkan, 
Ferry Juliantono menyampaikan idenya tenyang kebijakan KUR (Kredit Usaha Rakyat) dari bank-bank negara untuk mempercepat proses penumbuhan industri pedesaan, menggalakkan kembali industri-industri padat karya di perkotaan, dan kebijakan subtitusi impor (membatasi impor dengan membangun industri sejenis). 

Sementara Jumhur menyarankan bahwa lapangan kerja yang terbatas di dalam negeri, harus melihat peluang lapangan kerja di negara lain, seperti Jepang, Australia dan Korea yang kekurangan tenaga kerja. 

"Kombinasi penciptaan lapangan kerja di pedesaan, perkotaan dan penempatan naker di luar negeri, bisa mengurangi tekanan objektif dari kebutuhan lapangan kerja yang begitu besar saat ini. Berkurangnya pengangguran tentunya akan ikut menyelesaikan masalah "Indonesia Gelap" dan "#Kaburajadulu"," bebernya. 

Sambil santap sayur lodeh, tahu, tempe, teri dan singkong, menurut Syahganda, Dasco menjelaskan dia sedang mengatur pertemuan penting antara Prabowo dan Ibu Megawati Soekarnoputri.

Kata dia, Rocky menyarankan agar Prabowo harus sering berdialog dengan tokoh-tokoh besar seperti Sultan Hamengkubuwono X dan Megawati. Era Prabowo juga menurut Rocky harus meninggalkan sekutu-sekutu yang tidak progresif. 

Dalam aliansi ideologis, Prabowo harus bersekutu juga dengan kelompok Islam strategis. Hanya saja, Rocky menyayangkan kenapa partai-partai tidak lagi memikirkan kaderisasi ideologis. 

Kelompok progresif revolusioner harus dibangun. Di pedesaan harus dibangun kaum tani progresif melalui gerakan koperasi yang massif. Sementara kelompok progresif di perkotaan dapat dibangun melalui buruh progresif.

"Buruh dapat menjadikan dirinya sebagai kekuatan produksi (productive force) melalui "Buruh Bela Negara", seperti di Jepang dan Korea era '80an. 

Kaum muda perkotaan juga dapat dihimpun dalam gerakan koperasi di kampus-kampus dan sekolah-sekolah, sehingga menjadi kekuatan produktif rakyat. Sehingga tema politik dan demokrasi ke depan diisi oleh berbagai kegiatan produktif," ujar Rocky. 

Mendengar itu, Dasco memastikan bahwa ia akan menyampaikan itu ke Presiden Prabowo dan ia pun pamit pergi ke istana umtjk rapat dengan Presiden. Serta berjanji akan menjadwalkan pertemua seperti ini bersama Prabowo.

Usai Dasco pergi, kata Syahganda, Rocky menyampaikan bahwa Prabowo akan mampu membangun bangsa dengan Dasco sebagai kuncinya.

"Setelah Dasco pergi, kami masih menyantap makanan ringan. Kopi tambah lagi. Kebulan asap rokok terus berlanjut. Rocky kemudian menyeletuk, Prabowo Subianto akan mampu membangun bangsa ini dengan Dasco sebagai kuncinya," celetuk Rocky.
 

Editor : Wahab Firmansyah

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update