Pengamat: Legalisasi Kasino Bisa Dorong Ekonomi dan Cegah Kebocoran Devisa ke Luar Negeri

Krina Sembiring
Pemerintah dinilai perlu mempertimbangkan legalisasi kasino sebagai strategi alternatif menghadapi defisit fiskal dan kebocoran devisa. Foto/Ilustrasi/MPI

JAKARTA, iNewsBekasi.id - Pemerintah dinilai perlu mempertimbangkan legalisasi kasino sebagai strategi alternatif menghadapi defisit fiskal dan kebocoran devisa. Pendekatan ini dinilai mampu menjawab tantangan ekonomi tanpa mengorbankan sumber daya alam.

Hal itu diungkapkan Pengamat Ekonomi Benny Batara, yang akrab disapa Bennix dalam diskusi publik bertajuk "Legalisasi Kasino di Indonesia: Antara Kepastian Hukum, Tantangan Sosial, dan Peluang Ekonomi" yang diselenggarakan Ikatan Wartawan Hukum (Iwakum) di Jakarta.

Bennix menegaskan kasino legal bukan hanya soal hiburan, tetapi solusi ekonomi nyata yang selama ini diabaikan. Karena itu, kasino sangat jauh berbeda dengan judi kalangan bawah yang harus diberantas.

“Negara ini mengalami defisit anggaran, defisit lapangan kerja, dan kekurangan devisa. Sementara uang rakyat Indonesia mengalir ratusan triliun ke luar negeri hanya untuk berjudi, baik di Singapura, Makau, maupun Malaysia,” ujar Bennix dikutip Rabu (12/6/2026).

Ia menyebut potensi penerimaan negara dari kasino bisa mencapai Rp200 triliun per tahun jika dikelola secara legal dan profesional, dibanding terus bergantung pada utang luar negeri atau pencetakan uang.

“Bayangkan, daerah seperti Bangka Belitung hanya punya APBD Rp3 triliun. Tapi kalau mereka punya kasino resmi, pendapatan mereka bisa melonjak hingga Rp200 triliun. Itu artinya 200 kali lipat dari anggaran mereka saat ini,” jelasnya.

Bennix juga menilai bahwa secara hukum, pendirian kasino dimungkinkan selama mendapat izin resmi dari otoritas terkait. Ia menantang kepala daerah untuk berani mengambil keputusan strategis demi kepentingan fiskal.

“Judi itu tidak dikriminalisasi secara mutlak di Indonesia. Yang ilegal adalah bila dilakukan tanpa izin. Kalau kepala daerah punya nyali dan visi, mereka bisa realisasikan ini dengan cepat, bahkan tanpa investasi besar. Satu kasino bisa dibuka hanya dengan merenovasi hotel lama,” paparnya.

Berbeda dari industri ekstraktif seperti tambang, menurut Bennix, kasino adalah sektor jasa yang tidak merusak lingkungan. Namun, mampu menyerap banyak tenaga kerja, terutama dari kelompok pendidikan dasar.

“Banyak kabupaten sudah melakukan survei, dan masyarakat di daerah-daerah miskin, yang tak punya tambang atau hasil bumi, sangat mendukung adanya kasino di wilayahnya. Mereka sadar ini satu-satunya peluang riil untuk menambah PAD tanpa merusak lingkungan,” terangnya.

Ia juga menyoroti fakta bahwa sejumlah negara dengan mayoritas penduduk Muslim, seperti Mesir, telah sukses mengelola industri kasino demi pariwisata dan penerimaan negara.

“Genting Malaysia, perusahaan kasino besar itu, dapat ratusan triliun dari orang Medan. Lalu uang itu mereka pakai buka cabang di Mesir. Negara kita malah tetap kirim duit ke sana. Ini kan ironis,” tegasnya.

Lebih lanjut, Bennix membedakan kasino legal yang ditujukan untuk kalangan menengah atas dengan praktik judi online ilegal yang menyasar masyarakat kecil. Menurutnya, kasino adalah hiburan kalangan menengah ke atas. 

"Mereka datang dengan sadar dan siap rugi miliaran, sebagai bentuk rekreasi. Bukan judi online yang menjebak tukang ojek dan tukang sayur demi mimpi jadi kaya,” tandasnya.

Bennix juga menyentil adanya kemungkinan tekanan asing dalam menggagalkan potensi kasino di Indonesia. Ia menyebut bahwa negara-negara seperti Singapura dan Malaysia sangat mungkin “berinvestasi” dalam bentuk kampanye anti-kasino di Indonesia melalui jalur LSM atau isu agama demi melindungi kepentingan ekonomi mereka.

“Saya tahu betul ada banyak LSM di Indonesia yang didanai asing untuk menggagalkan kebijakan yang bisa ganggu bisnis mereka. Termasuk bila Indonesia bangun kasino. Realitanya, mungkin ada pejabat kita yang terima suap agar tetap biarkan uang rakyat Indonesia mengalir ke luar,” bebernya.

Bennix menegaskan bahwa negara tidak boleh terus berwacana tanpa aksi. Ketika sektor formal gagal menyerap jutaan pengangguran, dan kas negara terus terkuras, solusi seperti legalisasi kasino harus mulai dibahas secara terbuka, realistis, dan berbasis data.

“Ini bukan soal halal atau haram. Ini soal kebutuhan negara bertahan. Negara udah berdarah-darah. Kalau gak berani ambil langkah cepat, kita akan terus jadi ATM buat Singapura, Malaysia, dan Makau. Kita ini punya budaya lomba burung, sabung ayam, karapan sapi—semua itu bentuk hiburan rakyat. Sekarang saatnya negara juga punya hiburan untuk kalangan atas yang bisa hasilkan ratusan triliun,” pungkas Bennix.

Editor : Eidi Krina Sembiring

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network