Dengan keputusasaan, Hanan bersama dua rekannya berupaya menyelamatkan barang-barang berharga seperti radio antik besar dan tas, bahkan ikut membantu penjual kopi mengevakuasi barang-barang mereka. Namun, semua itu terasa sia-sia di tengah bayangan masa depan yang buram.
"Kita bingung mau apa, modal abis. Kerjaan satu-satunya buat ngidupin istri. Baru nikah saya kondisinya, belum kebutuhan, perabotan rumah. Saya tinggal di Karawaci," ungkapnya, suaranya tercekat menahan tangis.
Sejak kebakaran, Hanan tak bisa lagi tidur tenang. Pikirannya terus berkecamuk memikirkan bagaimana esok ia akan menafkahi keluarganya. Satu-satunya mata pencarian kini telah dilalap api, menyisakan kebingungan dan kegelisahan yang mendalam.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait
