"Ini terbukti dengan dipertahankannya Puan sampai masa jabatan Jokowi-Jusuf Kalla berakhir pada 2019. Padahal waktu itu banyak sekali menteri-menteri hebat yang kena reshuffle, termasuk yang berasal dari parpol pendukung," katanya.
Setelah masa jabatan Jokowi-JK berakhir, Puan pun kembali terpilih sebagai caleg dengan suara terbanyak pada Pemilu 2019. Cucu dari proklamator Bung Karno itu kembali ke Senayan dan kali ini terpilih sebagai Ketua DPR.
Tak hanya memimpin satu fraksi, namun kini Puan menjadi pemimpin bagi 575 anggota DPR.
"Memimpin DPR dengan 575 anggota itu tentu bukan lah hal yang mudah. Apalagi yang yang dipimpin itu elite-elite di republik ini dan berasal dari partai-partai yang berbeda. Tapi Puan mampu melakukan itu, terbukti sejak kepemimpinan Puan relatif tidak pernah ada masalah atau konflik di internal DPR," katanya.
Dengan rekam jejak itu, maka Gede pun meyakini Puan bisa sukses mencalonkan diri dan terpilih sebagai Presiden RI pada 2024 mendatang.
Ia menilai satu-satunya tantangan Puan saat ini adalah meningkatkan elektabilitasnya yang masih rendah dibandingkan sejumlah calon lain.
Gede pun menilai elektabilitas yang masih rendah itu diakibatkan karena Puan kurang genit melakukan pencitraan.
Ini berbeda dengan kandidat capres lainnya yang kerap melakukan pencitraan dengan menunjukkan kesan merakyat di berbagai kesempatan.
"Mungkin memang sudah karakteristik Puan yang enggan berpura-pura untuk dekat dengan rakyat. Tapi dalam negara demokrasi dimana pemimpinnya dipilih langsung oleh masyarakat, tentunya pencitraan ini juga penting. Ini yang masih harus ditingkatkan lagi oleh Puan dan timnya," kata Doktor Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran ini.
Editor : Vitrianda Hilba Siregar
Artikel Terkait