JAKARTA,iNews.id - Sejarah kelam G30S PKI tak akan pernah dilupakan bangsa Indonesia sebagai pemberontakan dan pengkhiantan Partai Komunis Indonesia atau PKI. Peristiwa itu terjadi pada 30 September 1965 dilakukan PKI menculik dan membunuh 6 jenderal dan 1 perwira pertama.
Peristiwa biadab itu terjadi pada malam hari dalam sebuah kudeta. Mengutip berbagai sumber, salah satu target operasi penculikan tersebut terjadi di rumah Jenderal Abdul Harris (AH) Nasution di Jalan Tengku Umar, kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
Di rumah itu juga ada ajuan Jenderal AH Nasution yakni Letnan Satu Pierre Tendean. Lulus dari akademi militer pada tahun 1961 dengan pangkat letnan dua, Pierre Tendean menjadi Komandan Pleton Batalyon Zeni Tempur 2 Kodam II/Bukit Barisan di Medan. Setahun kemudian, dia mengikuti pendidikan di sekolah intelijen di Bogor.
Selepas dari sana, dia ditugaskan di Dinas Pusat Intelijen Angkatan Darat (DIPIAD) untuk menjadi mata-mata ke Malaysia sehubungan dengan konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia, bertugas memimpin sekelompok relawan di beberapa daerah untuk menyusup ke Malaysia.
Pada tanggal 15 April 1965, Tendean dipromosikan menjadi letnan satu, dan ditugaskan sebagai ajudan Jenderal Besar TNI Abdul Haris Nasution.
Saat itu tanggal 1 Oktober dini hari pukul 03.30 WIB, di Ruang tamu, Lettu Pierre sedang beristirahat. Dirinya seharusnya pulang ke Semarang untuk merayakan ulang tahun ibunya, tapi karena tugasnya sebagai pengawal Jenderal AH Nasution, dirinya pun terpaksa menundanya.
Saat beristirahat inilah dia mendengar keributan, sebagai seorang pengawal, dia pun bergegas mencari sumber keributan tersebut. Piere kaget karena penyebabnya adalah Pasukan Tjakrabirawa. Pasukan ini lantas mengepung serta menodongkan senjata. Pierre tak berkutik.
Melihat hal yang tak beres dan demi melindungi atasannya, Pierre mengaku jika dirinya adalah Jendral AH Nasution yang dicari Pasukan Tjkrabirawa. "Saya Jendral Nasution,” serunya kepada Pasukan Tjakrabirawa.
Pasukan Tjakrabirawa pun langsung membawanya ke Lubang Buaya untuk disiksa dan akhirnya dibunuh dengan cara keji.
Namun, pasukan Tjakrabirawa sempat melepaskan tembakan saat mengetahui adanya orang yang kabur dari rumah tersebut. Orang itu merupakan AH Nasution.
Tembakan dari pasukan Tjakrabirawa itu pun melesat, masuk ke tangan Ade Irma Suryani Nasution, lalu menembus punggung gadis kecil Ade Irma Nasution.
Darah membasahi tubuh si mungil yang tak berdosa itu hingga menggenang ke lantai. Ade Irma sempat dibawa ke RSPAD Gatot Subroto untuk diberikan pertolongan. Ade irma sempat bertanya ke pada mamanya “kenapa Ayah mau dibunuh, mama?"
Ade Irma Suryani, Akhirnya mengembuskan tanggal 6 Oktober 1965. Di depan nisan anaknya AH nasution menuliskan kata-kata “Anak saya yang tercinta, engkau telah mendahului gugur sebagai perisai ayahmu."
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait