get app
inews
Aa Read Next : Awal Ramadhan, Harga Cabai Rawit Merah Meroket Capai Rp100 Ribu per Kg di Bekasi

Harga Cabai Super Mahal di Pasar, AACI: Masalah Utama Tanah Kita Sedang Sakit

Jum'at, 17 Juni 2022 | 15:02 WIB
header img
Harga Cabai (Foto: Okezone)

JAKARTA, iNews.id - Ketua Umum Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia, Abdul Hamil mengungkapkan penyebab mahalnya harga cabai hingga saat ini ialah permintannya tinggi namun pasokannya kurang.

Kurangnya pasokan tersebut pun disebabkan dua hal, di manayang pertama lantaran faktor cuaca yang tak menentu sementara faktor utamanya adalah tanah yang sudah mengalami kerusakan.

"Kalau mengenai harga naik atau turun itu pasti supply-demand, nah kalau sekarang harga tinggi pasti ada supplynya kurang, nah kita harus tahu kenapa supplynya kurang. Ada yang mengatakan bahwa cuaca kita, iklim kita mengganggu, benar. Tapi itu masalahnya adalah masalah sekunder, bukan masalah utama. Masalah utama itu pada tanah kita, tanah kita itu memang sedang tidak baik-baik, mereka sedang sakit tanahnya," jelasnya dalam program Market Review di IDX Channel, Jumat (17/6/2022).

Dia menambahkan, saat kondisi tanah sedang sakit, petani juga tidak ada inovasi untuk melakukan budidaya, ditambah kondisi cuaca yang tidak menentu sehingga menyebabkan kondisi yang kurang baik.

"Kalau seandainya kita edukasi petani, tanahnya kita perbaiki, dengan kondisi begini tentu bisalah masih bagus-bagus saja," ujarnya

Menurut Abdul kondisi tanah yang sakit seperti sekarang bisa saja diperbaiki hanya tinggal keinginan dan kemauan semua pihak. menurutnya kunci utama memang berada pada tanah.

"Kita sama-sama tahu beberapa minggu yang lalu dari guru besar IPB mengatakan 72 persen tanah kita rusak. Itu sebenarnya kita sudah tahu sekitar 13 tahun yang lalu bahwa kondisi kita akan sulit," ucapnya.

Dia melanjutkan, melakukan penambahan pupuk tidak berpengaruh banyak. ditambah juga dengan kondisi cuaca yang datang tidak sesuai dengan yang seharusnya.

"Sekarang dengan penambahan pupuk pun tidak menghasilkan apa-apa. Artinya memang ada sesuatu kan. ditambah dengan kalau kita lihat juga iklim menyumbang dari pada kondisi seperti ini. Seperti mestinya sekarang kemarau, tapi sekarang sudah kemarau yang basah. ini menjadi kondisi yang harus sama-sama kita cermati," tuturnya.

Editor : Eka Dian Syahputra

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut