Asal-usul dan sejarah Hari Raya Idul Adha wajib diketahui kaum muslimin. Idul Adha adalah salah satu hari besar bagi umat Islam di seluruh dunia yang diperingati setiap tanggal 10 Dzulhijjah.
Hari raya Idul Adha bersamaan dengan wukuf di Arafah sebagai puncak ibadah haji yang jatuh pada 9 Dzulhijjah. Idul Adha juga identik dengan berkurban atau menyembelih hewan kurban.
Perintah berkurban sendiri telah tercantum dalam Alquran Surat Al Kautsar Ayat 2. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ
Arab latin: Fa salli lirabbika wan-har.
Artinya: "Maka laksanakanlah sholat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah)."
Idul Adha telah ada sejak zaman Nabi Ibrahim a.s. Lantas, bagaimana sejarah dan asal-usul hari raya Idul Adha? Simak ulasannya berikut ini.
Dalam sejarah Islam, hari raya Idul Adha disebut juga 'Iedul Nahr' yang artinya hari raya penyembelihan sebagai memperingati ujian paling berat yang menimpa Nabi Ibrahim Alaihissallam.
Dari kesabaran dan ketabahan Nabi Ibrahim a.s. dalam menghadapi berbagai ujian dan cobaan, Allah Subhanahu wa ta'ala memberinya sebuah anugerah, sebuah kehormatan 'Khalilullah' (kekasih Allah).
Setelah gelar Al-khalil disandangnya, malaikat pun bertanya kepada Allah Ta'ala:
"Ya Tuhanku, mengapa Engkau menjadikan Ibrahim sebagai kekasihmu. Padahal ia disibukkan oleh urusan kekayaannya dan keluarganya?" Allah berfirman: "Jangan menilai hambaku Ibrahim ini dengan ukuran lahiriah, tengoklah isi hatinya dan amal baktinya."
Sebagai realisasi dari firman-Nya, Allah Subhanahu wa ta'ala mengizinkan pada para malaikat menguji keimanan serta ketakwaan Nabi Ibrahim a.s. Ternyata, kekayaan dan keluarganya dan tidak membuatnya lalai dalam taatnya kepada Allah Ta'ala.
Peristiwa ini bermula saat Nabi Ibrahim a.s. mengalami mimpi yang terus berulang.
Dalam mimpi tersebut, Allah Subhanahu wa ta'ala memberikan perintah kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih putra kesayangannya yaitu Ismail.
Perlu diketahui, Nabi Ibrahim a.s. memiliki dua anak yaitu Ismail dan Ishak. Keduanya lahir dari ibu berbeda. Anak pertama Nabi Ibrahim bernama Ismail lahir dari rahim seorang perempuan bernama Hajar.
Di saat mendapat mimpi untuk menyembelih putranya, Nabi Ibrahim Alaihissallam sangat gelisah. Akan tetapi, karena mimpi itu, Nabi Ibrahim seakan mengalami hal di luar dugaan.
Nabi Ibrahim a.s. yang tidak bisa berbuat apa-apa lantaran mimpi itu adalah perintah dari Allah Subhanahu wa ta'ala mendatangi Ismail dengan maksud menyampaikan mimpi tersebut.
Firman Allah Subhanahu wa ta'ala tertuang dalam Alquran Surat As-Shaffat Ayat 102:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ
Terjemahan: Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, "Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?" Dia (Ismail) menjawab, "Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar."
Sebagai bentuk ketaatan Nabi Ibrahim a.s., ia pun melakukan perintah Allah Subhanahu wa ta'ala. Anaknya Ismail meminta ayahnya mengikatnya dengan tali dan menajamkan pisau supaya saat disembelih Ismail tidak meronta kesakitan.
Ismail juga meminta pakaiannya diberikan kepada sang ibu sebagai bentuk kenang-kenangan.
Nabi Ibrahim a.s. pun memantapkan niat dan pasrah. Sedetik setelah pisau nyaris digerakkan, tiba-tiba Allah Subhanahu wa ta'ala berseru dengan firman-Nya, menyuruh menghentikan perbuatannya, dan tidak usah diteruskan pengorbanan terhadap anaknya.
Allah Subhanahu wa ta'ala telah meridhoi ayah dan anak ini memasrahkan tawakal mereka.
Sebagai imbalan keikhlasan keduanya, Allah Ta'ala mencukupkan dengan penyembelihan seekor kambing sebagai kurban, sebagaimana diterangkan dalam Alquran Surat As-Saffat Ayat 107–110:
وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
"Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar."
وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ
"Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian yang baik) dikalangan orang-orang yang datang kemudian."
سَلَامٌ عَلَى إِبْرَاهِيمَ
"Yaitu kesejahteraan semoga dilimpahkan kepada Nabi Ibrahim."
كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ
"Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik."
Menyaksikan tragedi penyembelihan yang tidak ada bandingannya dalam sejarah umat manusia itu, Malaikat Jibril terkagum, seraya terlontar darinya suatu ungkapan: "Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar."
Nabi Ibrahim a.s. pun menjawab: "Laa Ilaha illallahu Allahu Akbar."
Kemudian disambung oleh Nabi Ismail a.s.: "Allahu Akbar Walillahil Hamdu."
Demikian asal-usul dan sejarah hari raya Idul Adha yang wajib diketahui dan diambil pelajarannya. Semoga jelas dan bermanfaat. Wallahu a'lam bisshawab.
Editor : Iman Ridhwan Syah