BOGOR, iNewsBekasi.id - Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Kabupaten Bogor tercatat ada 50-an laporan kasus kekerasan terhadap anak sepanjang 2022. Mulai dari kekerasan fisik, pencabulan atau pelecehan seksual, perebutan hak asuh hingga bullying.
"Ada yang di sekolah, pengajian, pondok pesantren, lingkungan keluarga dan masyarakat," ucap Komisioner KPAD Kabupaten Bogor Asep Saepudin kepada wartawan, Minggu (25/9/2022).
Kasus yang sering terjadi adalah perebutan hak asuh di antara keluarga yang bercerai. Tetapi, di lingkungan pendidikan baik formal maupun non formal yang paling sering tersorot karena masuk ke ranah publik sehingga cepat naik kepermukaan.
"Ini memang sangat memprihatinkan, karena yang seharusnya anak berada di tempat yang aman seperti halnya di lingkungan keluarga," ungkapnya.
Asep memberikan satu contoh kasus kekerasan anak dalam lingkungan keluarga yang baru-baru ini terjadi yakni di Jonggol. Anak menjadi korban kekerasan oleh ibu kandungnya sendiri yang diduga mengalami gangguan jiwa.
"Saat ini anaknya sedang dalam penganganan intensif di RSUD Cileungsi karena di sekujur tubuhnya penuh luka bekas siksaan ibu kandungnya. Ibunya diduga mengidap gangguan jiwa," katanya.
Sedangkan, di lingkungan pendidikan sendiri diantaranya pelecehan atau pencabulan oleh oknum guru ngaji. Juga ada kekerasan fisik antar siswa dalam bentuk perkelahian, tawuran pelajar, dan bullying.
"Tentu ini kita sebut oknum, karena tidak mewakili dari masing-masing instansi maupun profesi mana pun. Banyak prestasi yang sangat membanggakan dan mengharumkan dari lembaga-lembaga pendidikan, baik yang formal maupun lembaga pendidikan non formal namun seolah-olah terlupakan bahkan terhapus akibat ulah oknum yang tidak bertanggungjawab di dalamnya," tuturnya.
Namun, dirinya meyakini bahwa tidak ada lembaga pendidikan berniat buruk dalam proses pendidikanya. Jangan sampai karena ulah oknum citra pendidikan di Indonesia khususnya di Kabupaten Bogor tercoreng.
"Saya yakin dan percaya, setiap lembaga pendidikan mempunyai program unggulan tersendiri untuk meningkatkan kompetisinya dengan lembaga pendidikan lainnya. Artinya ini modal besar untuk terus menjaga kepercayaan masyarakat," katanya.
Editor : Fatiha Eros Perdana